Sahabat
beberapa waktu lalu saya (Bang Ori Gagah) melakukan perjalanan ke beberapa daerah, itupun dalam berbagai misi yang berbeda, namun yang menjadi inti perbincangan kita kali ini adalah betapa kagetnya saya ketika melihat Usaha retail yang sudah mulai me"wabah" di beberapa tempat bahkan hingga ke daerah yang masih jauh dari pusat kota.
Mungkin sebagian besar orang Usaha Retail seperti Minimarket/ Swalayan atau Mart merupakan Bisnis yang Prospektif, paradigma tersebut masuk akal, Tidak dapat dipungkiri, bisnis retail adalah jenis bisnis yang persainganya paling ketat, dibutuhkan strategi dan pengelolaan yang tepat untuk dapat memenangkan persaingan.
saya teringat dengan jawaban peserta seminar Christian F. Guswai (praktisi, konsultan, trainer dan penulis buku-buku bisnis retail baik nasional maupun multinasional), “Mengapa pedagang tradisional ingin modern?”. Dari banyak jawaban peserta seminar, dapat disimpulkan jawabanya adalah:
Harga jual di pasar modern pasti dan harga di pasar tradisional harus melalui tawar menawar.
Pasar modern menerapkan open display sedangkan pasar tradisional cenderung tertutup. Konsep open display adalah produk dipajang pada rak yang memungkinkan konsumen melihat, memegang, merasakan, mencium, melihat lebih dekat produk yang diinginkannya sebelum memutuskan membeli. Dengan konsep ini bantuan pramuniaga sangat minim.
Pasar modern lebih nyaman dan swalayan. Pasar modern sangat memperhatikan kenyamanan pelanggan dalam berbelanja dan pelanggan juga dapat langsung memilih produk yang ia butuhkan. Sedangkan pasar tradisional kurang mengutamakan kenyamanan pelanggan. Apalagi harus menanyakan harga setiap produk yang hendak di beli kepada pedagang.
Pemilik bisnis modern tidak perlu mengontrol bisnisnya sendiri sehingga lebih mudah dalam hal ekspansi dan duplikasi. Pada bisnis modern semua transaksi, laporan dan analisa sudah dikerjakan oleh software bisnis seperti Acosys dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi.