Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wayang Kulit Tanpa Kelir, Kreasi Padepokan Seni Omah Obah

3 Februari 2019   14:40 Diperbarui: 3 Februari 2019   15:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erwin, dalang wayang kulit tanpa kelir. Foro bewe

GUNUNGKIDUL, Langka, unik, sekaligus memukau penonton. Penggemar seni wayang kulit dibuat geleng kepala. Erwin, dalang muda dari Padukuhan Ngampel, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul, DIY, tampil menutup acara ulang tahun ke dua Padepokan Seni Omah Obah (PSOO), Sabtu siang (2/2).
Kelik Saputro memotivasi, Erwin agar membabar narasi Negeri Omah Obah, sebagai wadah kawula dalam mengembangkan aneka bentuk seni.
Wayang kulit, pada adegan pertama pasti dimulai dengan janturan: nenggih negari pundi to ingkang kaeka adi dasa purwa. Dasa wilangan sepuluh, purwa wiwitan dan seterusnya.
Kelik Saputra membebaskan Erwin untuk merangkai kalimat, sesuai kreatifitas dan imajinasinya.
"Yang penting, Ki Dalang memberitahukan kepada penonton, bahwa bergabung dengan Padepokan Seni Omah Obah (PSOO) tidak dipungut biaya," kata Lilik Saputro.
Erwin, dengan gedebok pisang, menancapkan dua gunungan, menampilkan dua punakawan Petruk Gareng dan Semar, tanpa  Ki Lurah Bagong.
Punakawan bungsu berdandan wayang orang, demikian Erwin bercerita, pergi ke Kayangan Suralaya menghadap Dewa Narada yang diperankan oleh Ki Walidi.
"Intinya, Bagong minta pusaka Sekar Kencana untuk dipersembahkan kepada Mayor Sunaryanta, anggota TNI aktif yang peduli terhadap seni budaya bangsa," papar Ki dalang Erwin.
Didampingi Ketua PSOO, Lilik Saputa, Bagong mengalungkan Sekar Kecana kepada Mayor Sunaryanta, sebagai simbol, bahwa bersama TNI  Budaya Jawa, lestari di Bumi Handayani.
Penyerahan Sekar Kencana disaksikan sejumlah anggota DPRD Gunungkidul, sekaligus calon legeslator dari Nasdem, Gerindra, PAN, Demokrat serta ribuan warga Ngampel.
Kehadiran Mayor Sunaryanta dalam rangka silaturahmi sekaligus menyaksikan kreativitas warga Ngampel dalam mempertahankan jati diri bangsa memalui pelestarian kebudayaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun