Mohon tunggu...
Bakungan Goodday
Bakungan Goodday Mohon Tunggu... -

seorang anak manusia yang masih perlu banyak belajar akan arti kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hindu dan Budha mengajarkan toleransi beragama sejati

13 Juni 2012   18:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:01 1802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hindu dan Budha ibarat dua sisi mata uang, Hindu tanpa Budha tidak akan sempurna, Budha tanpa Hindu tak akan pernah ada di dunia.

Dimasa lampau, Budha hadir dengan doktrin yang menolak otorisasi Veda, ini luar biasa! Doktrinisasi Hindu dengan veda di tolak mentah-mentah sama sang Budha, saat itu hampir seluruh umat hindu di india beralih beragama Budha. Agama hindu bisa dikatakan tenggelam, saat perpindahan itu tidak pernah tercatat dalam sejarah adanya pertumpahan darah gara-gara agama.
Sang Budha menyebarkan agama dengan debat dan bukti-bukti.
Ratusan tahun kemudian, setelah sang budha wafat, masyarakat india kembali mengalami kemerosotan spiritual, kemudian lahirlah Adi Sankara, dengan kemampuan spiritual Beliau, seluruh india kembali pindah menganut agama Hindu, lagi-lagi perpindahan ini sangat damai, tidak ada catatan sejarah tentang pembataian manusia atas nama agama.
Semuanya berjalan dengan sangat damai, bahkan dapat dikatakan sangat alamiah.
Jika di timur tengah penyebaran agama penuh dengan tetesan darah, hingga penyebaran agama-gama timur tengah ke asia dgn dinasti moghul selama 1000 tahun di india yg penuh kekejaman.
Belum lagi penyebaran agama tertentu di nusantara dengan cara menghancurkan majapahit, hanya gara-gara rajanya seorang hindu. Padahal puluhan tahun sebelumnya dalam salah satu karya pujangga majapahit kita warisi sekarang kalimat bhineka tunggal ika, karena rukunnya agama hindu dan budha.
Hubungan rukun kedua agama ini masih di warisi di bali saat ini dengan adanya kolaborasi pendeta siwa-budha dalam acara-acara besar di bali.
Saya tak mengerti kenapa dendam dan peperangan di timur tengah harus dibawa ke nusantara? Biarkanlah gereja, mesjid, vihara, pura, klenteng dibangun sebanyak-banyaknya tanpa perlu dilarang, asal jangan saat ibadah suaranya jangan terlalu brisik sehingga mengganggu lingkungan, cukup pakai pengeras suara untuk dapat di dengar jelas dalam gedung atau area tempat suci saja, jangan suara mantra sampai 500 meter sampai terdengar, percayalah Tuhan tidak tuli, doa anda walau dalam diam pasti di dengarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun