Mohon tunggu...
Axtea 99
Axtea 99 Mohon Tunggu... lainnya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kakek tiga cucu : 2K + 1Q

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hambalang Gate

20 Maret 2016   04:56 Diperbarui: 20 Maret 2016   07:29 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tokohindonesia.com"][/caption]Partai Demokrat (PD) di Pileg 2009, dengan strategi cerdas tingkat dewanya telah meluncurkan slogan “Katakan Tidak Pada Korupsi”, dengan bintang iklannya adalah kader-kader terbaik antara lain : Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), dan Angelina Sondakh.

Strategi ini terbukti manjur karena dalam pileg tersebut dengan perolehan suara 20.85 % (21.703.137 suara), PD berhasil memikat hati rakyat untuk memilih mereka, dan keluar sebagai jawara dan kemudian dengan sukses nan nyaman telah menempatkan Pendiri dan ownernya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI di Periode Kedua lewat Pilpres Langsung, dan Marzuki Ali sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat.

Strategi cerdas tersebut terbukti benar, karena para bintang-bintang iklannya yang notabene adalah kader terbaik PD telah kompak dan berjamaah sama-sama terlibat kasus korupsi pada saat mereka menduduki posisi strategis masing-masing, yakni Andi Malarangeng, selaku Menteri Pemuda dan Olahraga, Anas Urbaningrum selaku Ketua Umum PD, Angelina Sondakh, selaku Wakil Bendahara PD.  Mereka telah terpidana dan menikmati hukumannya masing-masing di hotel pordeo, Sukamiskin di Bandung. Dan hebatnya, yang masih dianggap steril adalah Ibas selaku Sekjen PD, meskipun diungkap beberapa kali di persidangan oleh para terdakwa koleganya, tetapi masih bisa kipas-kipas dengan nyamannya karena kebetulan menyandang status sebagai putera mantan presiden keenam SBY, dimana menurut sejarahnya belum pernah ada putra/putri presiden di negeri gemah ripah loh jinawi ini yang diberikan status tersangka karena kasus korupsi.

Para kader terbaik PD tersebut, terbukti terlibat dalam Mega Proyek Hambalang, setelah Muhammad Nazarudin, aktor utama Bendahara PD bernyanyi di persidangan dan menyeret semua koleganya untuk sama-sama menikmati sejuknya hotel pordeo setelah secara berjamaah memakan uang hasil korupsi dengan riang gembira tanpa rasa malu malahan merasa bangga. Kita layak memberikan apresiasi yang tinggi karena para kader terbaik PD ini telah sukses melakukan korupsi tapi santun dengan menggelembungkan pundi2 mereka masing-masing dan tidak ada yang peduli dengan kelanjutan proyek itu sendiri.

Proyek Hambalang itu sejatinya adalah proyek kebanggaan negeri yang direncanakan akan dibangun sebuah kompleks olahraga yang lengkap serta modern dengan anggaran sebesar Rp. 2,5 trilyun. Tentu saja dengan aksi korupsi bancakan berjamaah para kader pemenang pileg 2009 ini,  membuat proyek Hambalang terhenti pelaksanaannya, dan mangkrak bak hutan tak terpelihara, serta terlantar hingga saat ini.

Setelah melakukan blusukan langsung ke lokasi proyek Hambalang pada tanggal 18 Maret 2016, Presiden Jokowi, yang ditemani Menpora dan Menteri PU, hanya bisa prihatin dan nelangsa serta mengatakan tidak akan membiarkan Proyek Hambalang ini terlantar, dan akan mencari solusi terbaik yang akan dibicarakan  dalam kabinetnya di minggu ke empat Maret 2016 ini. Upaya Presiden Jokowi ini tidaklah mudah karena menurut kajian KPK, lahan Hambalang ini sangat labil, tidak layak dan sangat beresiko untuk pembangunan sebuah proyek sebesar Hambalang.

PD sendiri, dengan berkaca di Pileg, 2009 ini, dengan rasa percaya diri tingkat dewanya  dengan riang gembira sedang melakukan road show di Tanah Jawa sejak minggu ini, untuk mencari kader terbaiknya yang akan dijadikan calon Presiden di Pilpres 2019 mendatang.

Kita masih harus menunggu dan akan sama-sama melihat apakah strategi PD ini masih mampu meraih sukses dipileg 2019 seperti di pileg 2009 lalu, seperti yang direncanakan dan harapan para petingginya, atau malahan kandas alias tenggelam ditelan hukum alam yang harus diterimanya, seperti di Pileg 2014 lalu.  Wallahu Alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun