Bagi pecinta kopi yang ingin belajar cara meracik kopi dan menyangrai kopi agar bisa diminum dengan nikmat . Di Kota Banyuwangi, Jawa Timur ada tokoh terkenal peracik dan pecinta minuman kopi bernama Setiawan Subekti.
Dikenal akrab dengan nama Iwan sebagai tester kopi internasional, Iwan sering diundang ke berbagai negara untuk berbagi ilmu maupun menjadi juri pada berbagai kompetisi kopi. Iwan memiliki kebun kopi sendiri dan menanam jenis kopi Osing yang memiliki cita rasa tersendiri yang nikmat.
[caption id="attachment_419058" align="aligncenter" width="600" caption="Finalis Miss Coffee yang cantik-cantik ini pernah menyangrai kopi di Banyuwangi (foto: http://www.banyuwangi.us)"][/caption]
Kopi yang ditanamnya di lereng Gunung Ijen dan Raung sekitar Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, sudah diekspor ke mancanegara. Kalau kita pergi ke Eropa dan minta disajikan Java Coffee, maka hampir dipastikan bahwa kopi itu berasal dari daerah sekitar Banyuwangi, Jawa Timur. Keunikan rasanya menjadikan kopi Osing digemari di dunia. Kopi sendiri dalam bahasa Osing asal Banyuwangi sering disebut “Kopai.”
Biji kopi Indonesia yang terkenal seringkali proses pembuatan, dari penanaman hingga menjadi biji kopi, belum dilakukan dengan benar. Mereka masih menggunakan proses tradisional, mencampur biji kopi kualitas bagus dan rendah, tidak memasak dengan standar yang baik, sehingga hasilnya tidak optimal. Karena itu Iwan aktif turun ke perkebunan kopi di daerah Banyuwangi , melakukan pembinaan bagi para petani kopi agar dapat memproses kopi dengan baik. Hasilnya, kini banyak petani kopi yang mulai memproses kopi dengan benar, menghasilkan kopi berkualitas, dan dapat mengekspor kopi ke luar negeri.
[caption id="attachment_419059" align="aligncenter" width="600" caption="Biji kopi agar nikmat diminum harus benar-benar matang cara memetiknya (foto:koleksi pribadi)"]
![1432181708849471160](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1432181708849471160.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Tak tanggung-tanggung Iwan pernah menjadi tuan rumah peserta 14 kontestan wanita cantik finalis Miss Coffee yang mengikuti karantina di Bali dan sengaja datang ke Banyuwangi untuk mencicipi kopinya di kaki Gunung Ijen. Mereka berasal dari Indonesia, Guatemala, Belanda, Kenya, Jerman, Slovakia, Australia, Afrika Selatan, Republik Dominica, Serbia, Columbia, Jepang, Myanmar dan Moldova.
Para finalis yang cantik itu diajak menikmati kopi khas Banyuwangi yang diracik oleh Iwan sendiri di rumah sanggarnya di Desa Kemiren, Banyuwangi .Miss Coffe bersedia mengunjungi Banyuwangi karena mempunyai kopi Osing yang rasanya unik. Kopi yang dihasilkan antara sisi barat dan timur Gunung Ijen bisa berbeda rasa. Sisi timur dipengaruhi oleh angin laut dan sisi barat dipengaruhi oleh angin gunung, namun keduanya sama-sama enaknya. Citarasa khas kopi Osing Banyuwangi diuntungkan dua hal, perkebunan yang menghadap ke timur yang artinya mendapat sinar matahari yang lebih banyak , dan menghadap ke laut artinya kadar garamnya tinggi.
[caption id="attachment_419060" align="aligncenter" width="194" caption="Setiawan Subekti peracik kopi Osing yang sudah terkenal di dunia (foto: http://www.banyuwangi.us)"]
![1432181787466223718](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1432181787466223718.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Kunci kopi berkualitas hanya satu, adalah bibit kopi untuk ditanam benar-benar pilihan. Serta penanganan yang tepat mulai saat petik kopi harus benar-benar matang hingga proses memasak dengan cara menyangrai yang benar yaitu tidak boleh mentah dan menghitam sampai gosong.
Iwan memiliki rumah adat Osing yang dikenal sebagai rumah Sanggar Genjah Arum, di Desa Kemiren, Banyuwangi. Menjadi tuan rumah Miss Coffee International membuat Iwan terkenal dan sekaligus mempromosikan kopi Osing ke seluruh dunia . Tidak hanya menikmati kopinya, mereka mencoba juga menyangrai kopi dengan cara tradisional, mencicipi, dan membawa pulang contohnya.
Yang menarik menyangrai kopi yang diikuti para Finalis Miss Coffee itu tidak menggunakan peralatan canggih, melainkan menggunakan alat tradisional. Mereka nyangrai kopi menggunakan kayu bakar dan tungku yang terbuat dari tanah. Mereka rela berpanas-panasan dan berkeringat demi nyangrai kopi hingga matang. Para finalis yang cantik-cantik ini rela berkeringat menyangrai kopi untuk dibawa pulang ke negara masing-masing hasil kopi sangrainya.
Indonesia merupakan salah negara produsen kopi berkualitas tinggi di dunia. Hanya, selama ini kopi Indonesia kurang mendapat promosi yang memadai. Melalui Miss Coffee, Iwan sekaligus mempromosikan kopi Indonesia. Dia juga mengajak seluruh rakyat Indonesia mengonsumsi kopi produk lokal.
Iwan memperlakukan para gadis manca negara itu itu sebagai ujung tombak duta wisata. Dari mereka, dia berharap cerita tentang kopi Osing,asal Banyuwangi bisa menyebar tak hanya di Indonesia, tetapi juga sampai ke Benua Afrika, Amerika, dan Eropa.
Sebagai pencecap kopi internasional, Iwan ingin mempromosikan kopi Osing yang disangrai secara tradisional di Desa Kemiren, Banyuwangi. Keahlian yang dia miliki diajarkan kepada siapa pun yang ingin belajar membuat kopi dengan cara terbaik agar rasa asli kopi bisa keluar.
Keahliannya tidak disimpan sendiri tetapi dia sebarkan pula kepada warga Kemiren yang menjadi duta kopi asal Ijen. Iwan pernah mengajak sekitar 200 warga Banyuwangi yang ingin belajar menyangrai kopi di tempatnya. Mereka diajarkan cara menyangrai kopi agar aromanya keluar maksimal.
[caption id="attachment_419063" align="aligncenter" width="600" caption="Syarat menyangrai kopi yang nikmat tidak boleh gosong (foto: katalog wisata banyuwangi)"]
![14321821121484596437](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14321821121484596437.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Tradisi menyangrai kopi, menurut Iwan, sudah lama ada pada masyarakat Banyuwangi, terutama warga di kaki Gunung Ijen. Namun tidak semua orang menguasai tekniknya. Menyangrai kopi sampai hitam pekat menjadi kebiasaan sebagian orang Indonesia . Padahal, itu memunculkan cita rasa pahit serta menghilangkan aroma dan rasa kopi yang sesungguhnya.
Dibalik secangkir kopi nikmat adalah pada sat menyangrai. Kopi tidak boleh gosong sekaligus tak terlalu mentah. Iwan juga tidak pelit berbagi ilmu menyeduh kopi kepada siapa pun, termasuk orang yang baru dikenalnya. Iwan mempraktikkan cara menyeduh kopi agar aromanya tak hilang. Kualitas kopi Indonesia tidak kalah dengan produk kopi dari negara lain.
Dibalik secangkir kopi yang nikmat pasti ada tangan dingin yang menyentuhnya. Entah itu seorang barista yang telah sengaja mengambil kursus meracik kopi secara internasional atau seorang Iwan asal ujung timur Pulau Jawa yang dikenal sebagai kota Sunrise of Java yaitu Kota Banyuwangi.
Untuk cara minum kopi sendiri, Iwan memiliki resep khusus . Sebelum minum kopi hidung harus didekatkan pada bibir cangkir . Setelah aroma kopi menusuk hidung baru kopi diminum. Cara minum kopinya pun harus ditahan dulu di mulut sampai rasanya menempel lidah barulah minuman kopi itu boleh ditelan. Inilah cara minum kopi yang nikmat. Banyak tamu asing dari mancanegara sengaja datang ke Desa Kemirem untuk mencicipi kopi Iwan dan sarjana pertanian ini sengaja membuka rumahnya untuk tamu-tamu asing karena dia memiliki motto “Sekali seduh kopi kita bersaudara.” Jadi Iwan banyak memiliki saudara di manca negara berkat kopi yang diraciknya.
Nescafe sebagai penghasil produksi kopi siap minum alangkah bagusnya juga bila di Lampung bisa mempromosikan kopi Indonesia . Karena Lampung sudah terkenal sebagai penghasil kopi Indonesia. Dengan cara Nescafe membuka pabriknya untuk mengadakan acara tur pabrik kopi kepada wisatawan asing maupun lokal dan menunjukkan cara kerja mulai memanen kopi di perkebunan kopi sampai menjadi bubuk kopi siap minum di pabrik kopi Nescafe Lampung .
[caption id="attachment_419065" align="aligncenter" width="600" caption="Tanaman kopi di kaki perkebunan lereng Gunung Ijen, Banyuwangi sangat terawat sehingga menghasikan kopi nikmat (foto:koleksi pribadi)"]
![14321824031325244508](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14321824031325244508.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Saya sendiri pernah menetap di perkebunan kopi Treblasala, Glenmore di Banyuwangi karena ayah saya bekerja sebagai sinder di perkebunan kopi sekitar tahun 1970 an yang memiliki areal kopi untuk siap ekspor biji kopi mentahnya. Tapi karena saya hanya sampai lulus SekolahDasar Treblasala tinggal di perkebunan kopi, dan masih terlalu kecil untuk belajar cara menyangrai kopi sehingga tidak punya kesempatan untuk belajar meracik kopi nikmat.
Tapi ingatan saya masih kuat dengan bau aroma kopi yang sedang disangrai . Karena saya sering melihat kopi disangrai di wajan tanah dan memakai tungku kayu bakar di dapur rumah perkebunan milik ayah almarhum Mohamad Slamet . Hal itu ternyata yang membuat rasa kopi nikmat seperti diajarkan Iwan peracik kopi Osing asal Banyuwangi. Kopi yang dipetik dari Perkebunan Treblasala adalah kopi yang benar-benar matang berwarna merah karena untuk keperluan siap ekspor biji kopinya.
[caption id="attachment_419062" align="aligncenter" width="600" caption="secangkir kopi buatan ibuku yang bikin kangen"]
![14321819241354056587](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14321819241354056587.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Karena setiap bulan ayah saya sebagai sinder perkebunan mendapat jatah gratis biji kopi seberat lima kilogram jadi kopi di rumah benar-benar kopi berkualitas bagus tidak ada campuran sama sekali. Seringkali ada tamu yang datang dari luar kota ke rumah perkebunan kami, selalu diberi oleh-oleh kopi hasil nyangrai ibuku almarhum Sunarlinah sebagai buah tangan.
Pantas banyak tamu yang datang sering memuji kopi buatan almarhum Ibu Sunarlinah sebagai kopi nikmat karena tanpa sengaja ibu menyangrai kopi dengan benar seperti yang diajarkan Iwan kepada finalis Miss Coffee di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren Banyuwangi. Sekarang saya ketagihan ingin mencicip kopi buatan ibu tapi kopi sangrai ibu sudah tidak bisa saya nikmati lagi karena ibuku sudah almarhum. (Asita DK Suryanto)
#dibaliksecangkirkopi #kopiindonesia #nescafe #kopiosing #banyuwangi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI