“Dangdut is music of my country”, penggalan lirik lagu yang dipopulerkan oleh Project Pop ini pernah saya jadikan jawaban untuk beberapa pertanyaan yang diajukan terkait musik khas Indonesia. Kali itu, saya dan beberapa mahasiswa Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menampilkan keanekaragaman budaya Indonesia di depan gedung CESL (Center of English as a Second Language) di Universitas Arizona, USA. Kami dengan bangga mempersembahkan lagu-lagu dangdut yang populer saat itu. Bahkan, salah seorang dosen, yang saya tahu, berkebangsaan Amerika itu, dengan antusias bercerita bahwa dia ngefans dengan Rhoma Irama.
Saya tidak begitu tahu kapan pastinya dangdut menapakkan kakinya dan berkembang di Indonesia. Namun, menurut Lohanda (1983), bahwa dangdut mulai merakyat di tahun 1960-an dengan dikenalnya Elliya Khadam, dengan tembang kenangannya “Boneka dari India”.
Jika kita ungkap lembaran masa lalu, maka musik dangdut sangat erat kaitannya dengan budaya. Hal itu membuat lagu-lagu yang muncul mudah diterima oleh masyarakat secara umum. Saya pernah mendengar sebuah lagu yang dipopulerkan oleh pasangan Titiek Sandhora dengan Muchsin Alatas-“ke Binaria”. Lagu ini adalah Tanya jawab Antara dua orang remaja yang sedang menjalin hubungan pacaran layaknya muda-mudi di zamannya. Sekilas tidak ada yang istimewa dari lagu ini. Apalagi dibandingkan dengan perkembangan musik saat ini, musik ini tidak lebih dari hiburan semata. Namun, perlu digaris bawahi bahwa ada makna tersirat di dalamnya yang menggambarkan perintah berbakti kepada orangtua itu lebih utama dibandingkan kesenangan sesaat. Coba kita perhatikan lirik lagu “Ke Binaria” di bawah ini:
KE BINARIA
Pria (1)
Ke manakah sayang tujuan kita pergi
Bergembira malam ini
Bergembira malam ini
Wanita(2)
Terserah padamu ke mana engkau mau
Bilang dulu sama Ibu
Bilang dulu sama Ibu
Pria(3)
Bagaimana kalau kita ke Binaria
Banyak pengunjungnya melantai di sana
Wanita(4)
Dengan hati rela ku pergi bersama
Tapi jangan lupa kembali segera
Duet (5)
Marilah bersama kita ke Binaria
Bergembira malam ini
Bergembira malam ini
Terlihat jelas pada jawaban si wanita (paragraph 2) bahwa restu orangtua masih menjadi alat ukur. Kata-kata Ibu masih menjadi patokan. Si Pria boleh saja dengan rencananya tapi jika tidak ada restu dari orang tua, si wanita tidak akan beranjak dari rumah. Budaya ini sungguh jauh berbeda dengan yang terjadi saat ini, ketika si anak menggangap bahwa orang yang paling bertanggung jawab terhadap dirinya adalah dirinya sendiri. Sehingga, cenderung tidak menghargai pengorbanan orang tua.
Tidak hanya sampai di situ, pada lirik berikutnya (paragraph 4), ketika si wanita sudah mengkantongi izin dari ibunya (orangtua-red), dia tidak dengan seenak hatinya pergi keluar rumah dengan pria idamannya tanpa tahu batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Dengan mengatakan “tapi jangan lupa kembali segera”. Dia begitu sadar bahwa tidak baik untuk seorang wanita berduaan dengan Pria yang belum sah menjadi pendamping hidupnya (suami-red).
Setidaknya beberapa makna di atas, menjadikan lagu ini menjadi begitu menginspirasi. Syarat dengan makna dan penuh dengan nasehat. Semoga menjadikan kita lebih baik dan lebih berkualitas.
Renungan akhir Pekan, Duri 2014
Ahmed S. El hamidy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H