Mohon tunggu...
Arman Marwing
Arman Marwing Mohon Tunggu... -

Arman marwing, S.Psi., M.A. : Pegiat psikologi klinis dan Sosial. Peneliti Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Money

POS Indonesia dan Inovasinya

15 Agustus 2013   19:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:16 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy


Perkembangan pos Indonesia menunjukkan penurunan beberapa dasawarsa terakhir, salah satu penyebabnya adalah perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Masyarakat pun mulai beralih dalam menggunakan layanan pos indonesia ke media yang dinilai lebih murah, cepat dan efektif. Surat-menyurat pribadi yang pada awal kelahirannya menjadi penghubung bagi individu yang tinggalnya berjauhan, mulai tergantikan dengan layanan teknologi informasi seperti sms, blackberry, chatting melalui jejaring social. Layanan pengiriman uang melalui wesel mulai tergantikan dengan pengiriman via atm dengan keunggulan yang sama.

Pangsa pengiriman barang dan dokumen penting, pun tidak lagi menjadi monopoli Pos Indonesia.
Beberapa perusahaan ekspedisi pun berlomba mengeruk lahan yang sama. Otomatis, hidup pos Indonesia hanya dapat berharap pada pengiriman surat-surat resmi instansi semata. Tentu saja dengan kondisi tersebut, PT.pos  Indonesia sebagai BUMN harus mulai berbenah dan memperbaiki diri agar dapat kembali berperan penting dalam layanana jasa di masyarakat. Hal yang patut diperhatikan dari PT pos Indonesia adalah sebagai pemain lama, PT pos Indonesia memiliki jejaring yang sangat luas bahkan hingga ke pelosok-pelosok. Inilah kirannya keunggulan yang dapat dieksploitir secara baik dalam menciptakan layanan-layanan baru dalam masyarakat.


Salah satu layanan baru yang dapat dipertimbangkan oleh PT. Pos Indonesia adalah layanan antar undangan yang bersifat pribadi atau personal seperti undangan pernikahan atau acara lainnya. Hal ini nampaknya patut diperhatikan bahwa masyarakat kota yang hidup dengan mobilitas yang tinggi kebanyakan menjadi bingung dan frustasi ketika berhadadapan dengan urusan mengantar undangan terhadap kolega, rekan, handai taulan dan teman. Tidak hanya karena alamat-alamat yang berjauhan tetapi juga mengingat resiko perjalanan yang begitu berat harus dihadapi terutama di kota-kota besasr seperti kemacetan, banjir dan hal lainnya.

Kondisi-kondisi ini membuat banyak pihak sangat membutuhkan layananan jasa undangan kepada pihak-pihak lain yang bersifat non-resmi. Sayangnya,cara ini tidak dapat berjalan efektif karena terkadang sangat sulit melakukan pengecekan terhadap undangan yang telah dihantarkan. Persoalan kredibilitas dan professional inilah yang membuat banyak pihak sangat frustasi dengan kondisi tersebut.


Pemecahan masalah mungkin bisa diharapkan kepada  Pos Indonesia.Sekali lagi, jaringan yang kuat dan emosional yang selama ini terjalin erat dengan masyarakat merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh para kompetitor lainnya di bidang jasa yang sama. Menilik prospek surat undangan terutama undangan pernikahan kini memang sangat prospektif,secara factual saja, kita dapat melakukan survey lapangan di beberapa gedung resepsi yang ada, hampir semuanya penuh dengan permintaan penggunaan gedung. Bahkan tak jarang, jadwal pernikahan harus diundur gara-gara gedung resepsi tidak lowong pada waktu yang diinginkan. hampir setiap hari terdapat acara pernikahan. Bahkan dalam waktu-waktu tertentu, penikahan dapat belangsung secara marak di beberapa tempat. Indikator formalnya, kita dapat melihat beberapa tempat resepsi bahkan kewalahan melayani permintaan tempat resepsi pernikahan. Melihat angka kuantitas yang begitu besat, tentu saja keuntungan financial pasti akan dapat diraih. Di sisi lain, melalui cara seperti inilah, kedekatan emosional yang dulunya sempat terajut dalam bentuk undangan pribadi atau personal dapat diobati dengan  menghadirkan diri dalam peristiwa terpenting dalam hidup mereka. Sangat menarik, menanti inovasi-inovasi PT. Pos Indonesia selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun