Mohon tunggu...
Arief Gununk Kidoel
Arief Gununk Kidoel Mohon Tunggu... lainnya -

"Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya" ~ penghobi tanaman hias dan koleksi ~ di desa di Gunung Kidul DIY Hadiningrat yang mencoba belajar menulis ~

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kereta dan Sepeda Bercahaya di Alun-alun Selatan Yogyakarta: Kok Tidak Bergambar Wayang?

23 Agustus 2011   14:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa kali melintas di alun-alun selatan Yogyakarta. Baru kali kedua ini saya menyempatkan berhenti setelah bertamu di rumah teman, daerah Taman Sari. Duduk sejenak sambil menikmati semangkok ronde. Merasakan semilir angin Jogja di waktu malam. Sedikit nostalgia, dulu sekitar lebih dari 10 tahun yang lalu, kadang duduk-duduk juga di sini. Di sebelah utara kandang gajah, ngangkring lesehan sambil menyeruput kopi. Semilir agak bau dari kandang gajah tidak masalah. Remang-remang cenderung gelap, membawa sensasi tersendiri. Namun sekarang ada yang lain di sini, di alkid atau alun-alun kidul alias alun-alun selatan. Selain sudah penuh lampu penerang, juga ada lampu-lampu warna warni yang sedang parkir. Banyak juga yang bersliweran: itulah kereta dan sepeda bercahaya, hasil kreatifitas mengisi wisata kota Yogyakarta. Ya, kereta dan sepeda yang gemerlapan. Semarak, menjual suasana. Ada kereta yang bergambar Dora Emon, Donald Bebek, juga kartun-kartun lucu lainnya. Menarik perhatian, memancing kita untuk naik menikmatinya. Kreatifitas menghias kereta dan sepeda itu memang sudah lama. Entah siapa dulu yang mengawali. Salut untuk beliau. Yang jelas pemakainya terus saja ada. Tak henti-henti berkeliling alun-alun selatan Yogyakarta. Ceria, penuh canda tawa. Namun, setelah sekian lama memperhatikan. Lho, kenapa tidak ada yang berhias gambar wayang? Lebih dominan memakai gambar kartun lucu-lucu yang terutama menghiasi kereta. Mmm, apakah gambar wayang tidak ada yang lucu? Misalnya gambar punokawan, semacam Gareng, Bagong, atau juga Petruk. Bukankah jika bergambar wayang, akan lebih menyentuh cita rasa budaya kota Yogyakarta? Ataukah gambar-gambar kartun itu lebih "menjual" dibanding gambar wayang semacam punokawan? Saya sendiri tidak menanyakan ke pemilik kereta kenapa menghias demikian. Mencoba menganalisa sendiri apa penyebabnya. Bisa jadi gambar kartun lebih mudah merangkainya. Atau seperti yang telah saya sebut di atas, gambar kartun mungkin lebih "menjual". Dimana anak-anak akan lebih tertarik naik kereta berhias gambar Dora Emon dibanding gambar Bagong. Lhah, tetapi yang naik kebanyakan malah sudah terhitung dewasa. Apalagi malam hari. Sudah di atas jam 9 malam. Jarang anak-anak yang bermain ke sini. Atau bagaimana? Biarpun tidak bergambar yang membawa cita rasa budaya, persewaan kereta dan sepeda bercahaya tetap menarik minat para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun turis mancanegara. Berbondong-bondong tak henti-henti. Mobil dan sepeda motor parkir berderet-deret menunjukkan penuhnya pengunjung yang datang di alun-alun selatan kota Yogyakarta. Ada yang sekedar duduk-duduk. Ada yang masangin. Banyak juga yang riang gembira naik sepeda dan kereta bercahaya.

Selamat menikmati wisata kota Yogyakarta. Indah dan mempesona.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun