Mohon tunggu...
Aria Kesuma
Aria Kesuma Mohon Tunggu... Speaker in Family Planning Programme -

Nothing Special Just Me

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Korelasi Pertambahan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

19 Agustus 2015   19:42 Diperbarui: 19 Agustus 2015   19:42 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ID : ariakesuma) Perbincangan mengenai korelasi antara pertambahan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi telah menjadi sumber perdebatan panjang di kalangan ahli ekonomi kependudukan. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai macam varian cara pandang dalam melihat dua permasalahan tersebut. Cara pandang tersebut berlainan jenis seperti ada yang melihat ukuran (size) penduduk, melihat pendapatan (income), ketimpangan (inequality), maupun kondisi perekonomian nasional, hingga pada stuktur penduduk (population structure) berikut angka natalitas, fertilitas, maupun mortalitasnya (Lee, 2003).

Dari pelbagai penelitian di beberapa negara setidaknya terdapat tiga tesis penting dalam melihat korelasi pertambahan penduduk dengan naiknya pertumbuhan ekonomi yakni menolak (restrict), mendukung (promote), dan netral (independent) (Bloom, 2003). Ketiga indikasi tersebut setidaknya merupakan konklusi dari penelitian di berbagai negara lainnya yang kemudian akan dicoba dalam kasus Indonesia. Pertama adalah teori menolak (restrict) atau pesimis, teori ini beranggapan bahwa pertambahan penduduk malah justru akan semakin mengurangi pertumbuhan ekonomi. Hal ini didasarkan pada fakta generasi baby boom yang terjadi paska Perang Dunia II dimana suasana perdamaian dan kondisi negara maju maupun negara dunia ketiga yang tengah membangun kembali ekonomi membutuhkan banyak tenaga kerja.

Massifnya jumlah tenaga kerja malah justru membuat ekonomi menjadi overheated dan mengalami inflasi tinggi karena semakin banyaknya manusia, namun tidak diiringi dengan pertambahan luas lahan. Akibatnya kawasan industrialisasi maupun ekonomi lainnya berkembang menjadi kawasan penduduk kumuh. Industri tidak bisa menampung banyak lagi jumlah penduduk menjadi tenaga kerja karena sudah surplus berlebihan tenaga kerja. Akibatnya yang terjadi kemudian adalah, inovasi dalam perekonomian menjadi tersendat karena investasi dialihkan kepada upah karyawan dan negara dalam menjamin jaminan sosial dan pensiun yang besar karena pembengkakan jumlah penduduk tersebut.

Penambahan penduduk justru menjadi beban karena pengangguran besar yang tidak bisa dioptimalkan maksimal karena minimnya faktor produksi yang dimiliki. Secara garis besar, teori menolak ini diilhami dari pemikiran Thomas Robert Malthus (1789) maupun Garret Hardin (2001) dalam Kasmiyati (2012 dimana fokus sebenarnya penolakan antara relasi pertambahan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi adalah pada masalah keterbatasan (limitation). Dalam aliran Malthusian, keterbatasan terjadi karena manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (deret ukur). Maka, untuk dapat keluar dari permasalah kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi.

Dalam mazab neo-Maltusian yang dipelopori oleh Garret Hardin menilai keterbatasan alam sebagai sumber ekonomi kian tidak mampu lagi menampung pertambahan penduduk yang kian menambah. Perekonomian modern yang ditandai dengan industrialisasi ekstratif telah mampu menambah kesejahteraan manusia sehingga membuat pertumbuhan penduduk kian bertambah. Manusia hanya mengejar rasionalitas ekonominya saja, namun tidak didukung dengan daya lingkungan di sekitarnya. Secara garis besar, teori pesimis yang dilandasi logika Malthusian maupun Neo-Malthusian ingin berkata bahwa pertumbuhan ekonomi semakin hari semakin menurun karena produksi sumber ekonomi yang kian menyusut. Ketersediaan sumber ekonomi berupa sumber daya alam yang menyusut berpengaruh pada menurunnya pendapatan penduduk secara keseluruhan (Kasmiyati, 2012). Maka dalam konteks ini, membatasi dan mengontrol menjadi kata kunci dalam teori ini yakni dengan mengontrol pertambahan penduduk akan berdampak pada signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi untuk kian terakselerasi menjadi terbuka lebar maupun membatasi konsumsi untuk ditabung menjadi investasi juga semakin banyak.

Modernisasi dalam bidang ekonomi kini telah mendorong perbaikan standar hidup manusia dan mengharuskan manusia bekerja mencari pendapatan. Hal tersebut yang menyebabkan menurunnya angka fertilitas maupun natalitas karena kecenderungan menikah muda menurun karena tuntutan pekerjaan.

Berbeda halnya dengan pandangan pesimistik yang menilai bahwa tidak ada korelasi antara pertambahan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Perspektif optimistis ini justru melihat ada korelasi positif antara keduanya. Keduanya bisa disatukan dalam menggerakkan pengembangan ekonomi. Jumlah penduduk yang kian menambah justru menjadi pangsa besar dalam perekonomian baik dalam produksi maupun konsumsi. Dari segi produksi, terjadi pertambahan tenaga kerja yang melimpah untuk mendukung proses industrialisasi. Adanya pertambahan tersebut juga berdampak pada kuantitas buruh yang murah (blue collar labor) sehingga mampu menghemat biaya produksi. Selain itu pula, buruh terdidik (white collar labor) juga semakin meningkat karena naiknya kesadaran masyarakat modern terhadap jenjang pendidikan tinggi maupun vokasi (Bloom, 2003).

Adapun teorisasi ketiga yakni teori independen / netral justru melihat bahwa antara variabel pertambahan penduduk dengan variabel pertumbuhan ekonomi pada dasarnya tidak berkorelasi dan berjalan secara independen tanpa ada ikatan. Adanya pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi apakah naik atau turun sebenarnya bukan hanya tergantung pada tingkat konsumsi penduduk sebagai konsumen maupun produksi tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi justru dilihat sebagai adanya spesialisasi antara faktor produksi antar penduduk yang kemudian terjadi tukar-menukar barang jasa sesuai dengan nilai ekonomisnya. Sementara, pertambahan penduduk sendiri dipandang sebagai proses yang alami seiring dengan meningkatnya pendapatan, iklim perekonomian yang kompetitif, maupun kebutuhan sandang, papan, dan pangan yang kian meningkat. Malah justru adanya pertambahan penduduk mengakibatkan perekonomian tidak berkembang secara maksimal karena minimnya kualitas tenaga kerja maupun minimnya angka konsumsi masyarakat.


 

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun