Beberapa waktu yang lalu saya berwisata ke Surabaya, Jawa Timur. Berkunjung ke kota pahlawan karena banyak objek wisata yang menarik, baik dari segi sejarah, kuliner, belanja, maupun wisata jenis lainnya.
Di antara tempat wisata yang hendak saya sasar adalah Monumen Jalesveva Jayamahe. Monumen itu menarik dikunjungi sebab menurut sumber, patung yang menggambarkan sosok kolonel yang menatap ke arah laut itu mempunyai ketinggian 31 meter, berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter. Dengan ketinggian yang demikian maka monumen itu disebut tertinggi kedua setelah Patung Liberty. Masyarakat berkunjung ke tempat itu tentunya tak sekadar melihat patung yang berdiri gagah berani dan indah namun juga membuktikan kecintaan kepada Angkatan Laut.
[caption id="attachment_311128" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Jalesveva Jayamahe diambil dari google"][/caption]
Namun sayangnya untuk bisa berkunjung ke Monumen Jalesveva J
[caption id="attachment_311129" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Jalesveva Jayamahe diambil dari google"]


[caption id="attachment_311113" align="aligncenter" width="300" caption="Museum A. H Nasution"]

[caption id="attachment_311114" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Pangsar di Nawangan Pacitan"]












Saya menunggu dua jam lebih di pintu masuk jalan ke monumen yang dijaga oleh marinir. Menurut mereka bisa masuk kalau sudah diberi ijin oleh salah satu pihak dari anggota TNIAL yang berada di pos jaga itu. Saya tunggu-tunggu akhirnya orang yang berhak memberi ijin itu tak datang-datang. Entah mengapa dia nggak datang sehingga akhirnya saya pun tidak bisa masuk ke monumen itu. Dan meninggalkan pos marinir itu dengan kecewa berat. Saya bukan satu-satunya orang yang gagal menikmati tempat itu, disebutkan ada rombongan pelajar Bali dengan armada 6 bus gagal masuk ke tempat itu dengan alasan ada acara.
Sulitnya mengunjungi Monumen Jalesveva Jayamahe bisa jadi karena alasan bahwa tempat itu adalah Pangkalan Angkatan Laut Armada Timur sehingga kerahasiaannya perlu dijaga dengan kuat dan sekeras-kerasnya. Namun apa artinya bila membangun sebuah tempat yang indah, megah, dan menarik bila hanya disimpan saja tanpa orang lain boleh menikmati?
Bila dikhawatirkan kalau dibuka secara luas akan ada mata-mata yang menyusup ke basis angkatan laut untuk mencuri data dan informasi itu sebuah kekhawatiran yang berlebih-lebihan. Model mata-mata yang menyusup ke sebuah tempat-tempat vital adalah gaya mata-mata pada masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sekarang mata-mata lebih canggih dengan menggunakan peralatan elektronik seperti handphone dan satelit. Jadi tanpa berkunjung ke sebuah tempat vital pun musuh sudah bisa mendapat banyak informasi dari penyadapan telepon atau lewat satelit. Lihat saja Amerika Serikat dan Australia, mereka mendapat banyak informasi petinggi negeri tanpa harus berkunjung ke Istana atau rumahnya namun cukup dengan menyadap teleponnya. Pun demikian Amerika Serikat mampu menghancurkan musuh-musuhnya di Afghanistan dan Pakistan mereka tidak harus menyusup ke gunung dan padang pasir namun cukup lewat satelit. Jadi mata-mata yang menyusup ke sebuah tempat vital sudah ditinggalkan.
Jadi sebaiknya pihak yang mengelola Monumen Jalesveva Jayamahe membuka tempat itu lebar-lebar kepada masyarakat. Keinginan masyarakat ke tempat itu pastinya bukan memata-matai angkatan laut namun justru ingin mengetahui tentang sejarah perjuangan angkatan laut kepada republik ini. Kunjungan masyarakat ke tempat itu sebagai sebuah bukti masyarakat mencintai angkatan laut.
Kunjungan itu seharusnya digunakan angkatan laut untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar kita mencintai wilayah perairan Indonesia yang begitu luas dan ikut bersama menjaga dari pihak-pihak yang ingin menganggu wilayah Indonesia di laut. Sayangnya pihak angkatan laut sepertinya masih belum membuka tempat itu secara lebar-lebar kepada masyarakat. Tak heran bila belum banyak yang tahu Indonesia memiliki monument setinggi Patung Liberty.
[caption id="attachment_311127" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Liberty diambil dari google"]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI