Apa peluang karier bagi lulusan Sarjana Akuntansi? Seperti apa jenjang karier mereka di perusahaan?
Berkarier di dunia akuntansi bukanlah cita-cita masa kecilku. Sejak kecil, aku bercita-cita menjadi seorang guru. Namun, sebuah pilihan yang aku ambil pada masa remaja mengantarku menjadi seorang Chief Financial Officer (CFO) pada hari ini.
Beranjak remaja, cita-citaku bertambah. Aku ingin menjadi guru yang juga dikenal sebagai pengarang. Bagiku, guru adalah profesi yang mulia dan pengarang adalah profesi yang keren.
Ibuku tidak setuju. “Berapa gaji seorang guru?” kata beliau pada saat itu. “Kamu satu-satunya anak mama. Jika mama sudah tua dan tidak sanggup bekerja lagi, hidup mama akan bergantung kepadamu. Kamu harus bisa kerja kantoran, demi kesejahteraan masa depan kita.”
“Tetapi aku bisa menambah penghasilan dari pekerjaan sampingan sebagai pengarang,” aku berusaha membantah.
“Pengarang?” suara ibuku meninggi. “Memangnya kamu bisa menjadi pengarang terkenal? Jika namamu tidak dikenal, penghasilan seorang pengarang lebih tidak menentu lagi, tahu kamu?”
Aku sadar, ibuku sudah banyak berkorban membesarkanku seorang diri. Jika kamu bertanya tentang keluarga inti, jawabanku adalah, “Kami hanya berdua. Aku dan mama.”
Karena itu, lulus SMP, aku mendaftarkan diri ke sebuah SMEA negeri dekat rumah. Ada tiga pilihan jurusan saat kenaikan ke kelas dua, yakni: Tata Buku, Tata Usaha, dan Tata Niaga. Aku memilih Tata Buku.
Lulus SMEA, seorang teman mengambilkan formulir pendaftaran Fakultas Psikologi dari sebuah universitas di Jalan Sudirman, Jakarta. Sepengetahuanku, universitas tersebut adalah satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta yang memiliki Fakultas Psikologi pada saat itu.
Ibuku meradang ketika aku bercerita tentang hal itu. “Mau masuk psikologi? Belajar apa? Ilmu jiwa? Kamu mau urus orang gila?”
Tidak ada pilihan lain. Aku ikut tes masuk Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara dan diterima. Aku mengambil Jurusan Akuntansi, sejalan dengan pilihanku di SMEA.