Mohon tunggu...
Anggara Gita Arwandata
Anggara Gita Arwandata Mohon Tunggu... Administrasi - casanova

Tukang Balon di IG @nf.nellafantasia dan perakit kata di @kedaikataid. Dapat ditemui di Twitter @cekinggita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Muda Katolik Sontoloyo

29 Maret 2016   19:29 Diperbarui: 29 Maret 2016   19:41 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber foto http://www.komkepbandung.com/file/artikel/40.jpg"][/caption]

Aku, dia, dan mereka memang gila memang beda
Aku adalah kamu, muda beda dan berbahaya.

Anak muda, sebagaimana ditampilkan pada penggalan lirik lagu penuh semangat dari Superman is Dead feat Shaggy Dog ini, adalah orang-orang yang nyentrik. Tidak hanya gila dan beda, tapi juga berbahaya. Bung Karno lebih 'wah' lagi dalam menggambarkan anak-anak muda. "Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Kenyentrikan dan energi anak muda, diyakini dapat mengguncang dunia. Selain itu, masih pada lagu "Jika Kami Bersama", selain kenyentrikannya, anak muda juga erat kaitannya dengan idealisme.

Berdiri tegak menantang di sana di garis depan
Aku berteriak lantang untuk jiwa yang hilang
Untuk mereka yang selalu engkau singkirkan

Saya, yang sampai saat ini masih merasa muda --27 tahun gitu loh -- , juga merasakan hal yang sama: muda, beda, dan berbahaya. Terlebih ketika sedang berkumpul dengan teman-teman sebaya, rasa-rasanya semua-muanya dapat diraih. Setidaknya, ada banyak sekali ide-ide, idealisme diri, yang melayang-layang di dada dan pikiran dan meminta untuk diwujudkan. Tapi apa daya, dunia yang kita tinggali ini juga punya idealisme. Hal indah tak mungkin dicapai dengan mudah, mungkin begitu pikirnya.

Kurang lebih 2 tahun saya tergabung dalam kepengurusan organisasi kepemudaan di gereja. Namanya, Orang Muda Katolik atau biasa disingkat OMK. Karena ini organisasi kepemudaan di gereja, tentu anggotanya adalah anak-anak muda beragama Katolik. Di sana saya belajar dan melihat banyak hal, khususnya terkait jwa muda yang berapi-api seperti yang digambarkan SID dan Bung Karno, serta hubungannya dengan idealisme nilai-nilai agama.

Saya selalu membayangkan bagaimana orang-orang muda ini, baik laki-laki mapupun perempuan, berkumpul bersama, membawa gairah mudanya, mengeluarkan ide-ide terbaiknya, kemudian mewujudkannya dalam sebuah kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan yang mengemban mis-misi kehidupan yang lebih baik, yang tidak hanya untuk kalangan sendiri tapi juga demi kemaslahatan banyak orang.

Saya tidak hendak berkata, OMK adalah sebuah kesia-siaan atau anak-anak Muda Katolik sudah kehilangan idealismenya, bukan, bukan itu. Lagipula generalisasi namanya karena toh ini cuma dari pengalaman saya yang segelintir saja. Tapi yang saya lihat dengan mata kepala sendiri, yang saya alami sendiri, OMK sebagai sebuah organisasi kepemudaan dan agama masih jauh dari idealisme dan semangat anak-anak muda. OMK tidak lebih dari sekadar tempat kongkow-kongkow, wadah mencari pasangan, atau pengusir kebosanan. Jika kamu punya tempat nongkrong yang asik, punya kecengan di tempat lain, atau kamu punya kegiatan menarik di tempat lain, tidak ada ceritanya kamu datang ke gereja untuk kumpul-kumpul atas nama OMK.

Hampir kebanyakan orang yang berkumpul atas nama OMK disebabkan hidupnya memang membosankan. Tidak punya life di luar. Apa itu salah? Tentu tidak. Yang jadi masalah adalah, ya itu, OMK tidak lebih dari, sekali lagi, tempat nongkrong, cari pacar, dan pengusir kebosanan.

Karena kita hidup di dunia yang tidak homogen, di OMK pastilah juga ada anak-anak muda yang penuh idealisme dan semangat mewujudkannya. Terntu ada dan pasti ada. Kemudian yang jadi persoalan, apakah mereka bisa bertahan? Apakah ide-ide mereka diterima? Ahh... Saya pernah merasakannya.

Duh, saya sudah terlalu jauh bicara tentang idealisme. Sekarang begini, Paskah yang baru saja berlalu, euforianya tidak tampak segemerlap perayaan Natal, atau malah tahun baru, atau masih kalah jauh dari Lebaran, kenapa? Bukan karena masalah ekonomi atau empati pada situasi terkini dunia, tapi karena memang anak-anak muda ini tidak menyadari bahwa Paskah adalah puncak keimanan Katolik. Bukan Natal. Perayaan Paskah seharusnya lebih wah ketimbang perayaan lainnya. Perayaan yang tidak hanya dalam konteks pesta pora, tapi perayaan yang suka citanya muncul dari dalam hati layaknya ketika menyambut Natal tiba. Apakah kamu, saya, kita, kalian, orang-orang muda Katolik sungguh merasakan kegembiraan Paskah? T.I.D.A.K. Saya tidak yakin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun