[caption id="attachment_215434" align="alignnone" width="470" caption="wedangan/angkringan solo "][/caption] Nongkrong di wedangan / angkringan itu memang mengasyikan. tidak sekedar makan atau minum belaka tetapi di sinilah tempat aspirasi ala rakyat jelata bertemu. apa pasal? sebab biasa nya semua obrolan tentang apa saja muncul disini. dari mulai obrolan politik sampai naiknya kebutuhan hidup yang mencekik rakyat . seperti obrolan saya dengan mas edi sujumbo serta mas thaklik joyoboyo di malam itu, yang membahas tentang naiknya biaya hidup yang kian hari semakin naik. "keris kyai butuh"....pamore beras mundhak ...kasektene yen keno pusaka iki iso antre sembako seumur hidup.... begitu kata mas edi yang mengawali perbincangan kami . "berarti sudah ndak jaman ya mas "makan nggak makan asal kumpul"? kalau nggak makan ya bisa kelaparan beneran...yan ndak? Â seloroh saya Mas takhlik pun menyahut: yang salah itu empu ragat sama empu kepepet. sing nggawe pamor Kisruh. makan nggak makan asal kumpul itu maksud nya adalah kita di suruh *harakiri bersama ( di tumpas keadaan) alias modyar bareng.... Waaahhh kalo saya ndak mau mas kalau di suruh mati bareng bareng ..hehehe... kan saya masih punya AJI NEKAD... hahaha ujar saya hmmmm..betul itu..yang bisa nandingi ya cuma AJI KEBAL WIRANG/KEBAL MALU.... kata mas edi minimal harus meneteskan air mata serta rajin-rajin ke pasar....sambung mas edi. renungan di balik sesuap nasi. Begitulah obrolan-obrolan kami saat berada di wedangan . kami bebas untuk membicarakan apa saja. bahkan obrolan itu makin saja seru apabila itu menyangkut tentang tingkah polah kaum elit politik. layak nya seorang komentator handal kami mengulas habis .bahkan acap kali joke segar bisa membikin tambah hangat suasana malam. banyak hikmah yang dapat kita petik dengan berbincang,bukan sekedar udhu abab, tetapi tentang pelajaran hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H