Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

R.A Kartini Beraliran Kejawen Bukan Beragama Islam..

11 April 2012   06:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 13755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya tergerak untuk membuat tulisan ini berkaitan dengan pertanyaan salah satu murid saya yang menanyakan agama Ibu Kita Kartini. Murid saya tersebut pernah bertanya kepada Guru IPS nya tentang status agama Ibu Kartini. Dengan tegas guru tersebut mengatakan bahwa agama R.A Kartini itu islam. Mungkin karena penasaran karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan, anak tersebut bertanya lagi kepada saya. Lantas saya katakana bahwa agama Ibu Kartini bukan Islam.

Awalnya timbul kebimbangan dihati murid saya tersebut. Kali ini dia mendapatkan jawaban yang sama sekali bertentangan. Tapi sebelum dia kembali bertanya, maka saya yang bertanya lebih dulu padanya, Mengapa dia mempersoalkan agama Ibu Kartini tersebut. Penjelasannya, karena Ibu Kartini tidak pake Jilbab. Kemudian saya berikan sedikit penjelasan kepadanya bahwa tidak semua orang muslim itu memakai jilbab. Karena Jilbab itu sendiri dipakai tergantung kepada dorongan hati pemakainya. Kalau memang hatinya sudah terpanggil, maka tanpa disuruh pun dia pasti akan mengenakannya. Sementara untuk kasus Ibu Kartini mengapa dia tidak memakai Jilbab, karena memang dia bukan wanita muslimah. Sekali lagi dia bertanya kepada saya alasan saya mengatakan bahwa Ibu Kartini bukan wanita muslimah sementara guru IPS nya mengatakan sebaliknya. Maklum anak sekarang. Mereka sangat kritis. Penjelasan tanpa bukti, hanya akan menjerumuskan mereka pada lembah kebimbangan karena dihantui rasa penasaran yang tak berujung akibat tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Akhirnya saya ajak dia ke perpustakaan. Disana ada buku HABIS GELAP TERBITLAH TERANG. Kemudian saya beberkan bukti-bukti ( yang ditulis oleh R.A Kartini sendiri) yang menyatakan bahwa dia bukan wanita muslimah.

Berikut penjelasannya…

Tahun-tahun datang dan mereka kemudian pergi… Kami bernama orang-orang Islam karna kami keturunan orang-orang Islam, dan kami adalah Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih. Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah bunyi tanpa makna. Demikianlah kami hidup terus sampai terbitlah matahari yang akan mendatangkan pergulingan di dalam kehidupan rohani kami. (Surat 15 Agustus 1902 kepada E.C Abendanon)

Agama yang sesungguhnya adalah kebatinan, dan agama itu bisa dipeluk baik sebagai Nasrani maupun Islam ( Surat 31 Januari 1903)

Anak – anak dari satu Bapak, dasar segala agama dara dan saudari jadinya, harus saling cinta-mencintai, artinya tunjang-menunjang, bertolong-tolongan. Tolong-menolong, tunjang-menunjang, cinta-mencinta, itulah nada dasar segala agama ( Surat 21 Juli 1902 kepada Ny. Van Kol)

Hanya ada satu kemauan, yang boleh dan harus kita punya: kemauan untuk mengabdi kepadanya:Kebajikan (Surat Oktober 1900 kepada Ny.M.C.E. Ovink Soer)

Dari surat – surat Kartini diatas, jelas bahwa agamanya bukan Islam walaupun dia terlahir sebagai orang Islam. Malah dalam salah satu surat diatas dia seperti menyesalkan keadaannya yang terlahir sebagai orang Islam. Dia bahkan menentang agama-agama Tauhid dengan mengatakan bahwa agama yang benar itu adalah aliran kebatinan seperti yang dianutnya saat ini yaitu Aliran Kejawen.

Sampai disitu sepertinya penjelasan saya sudah cukup untuk meyakinkannya. Bahkan dia sempat berkata bahwa sepertinya dia harus merubah Tokoh Idolanya karena ternyata dia sangat mengidolakan R.A Kartini. Saya kemudian memberikan alternative lain dalam mengidolakan seorang tokoh. Mengapa tidak memilih tokoh idola wanita-wanita muslimah saja seperti misalnya Fatimah Al Zahra, Siti Maryam, Siti Khadijah atau banyak lagi wanita muslimah yang dapat dijadikan idola.

Ini salah satu pengalaman menarik saya dengan salah satu murid. Masih banyak sebenarnya pengalaman lain. Menjadi guru itu sebenarnya menyenangkan kalau memang peran itu benar-benar kita hayati. Seperti pengalaman ini. Saya yakin, masih banyak anak-anak Indonesia yang mengidolakan tokoh hanya karena melihat ddari kulit luarnya saja. Mereka terkadang tidak pernah mau (atau tidak mau tau) menganalisa atau mengkaji lebih dalam siapa tokoh idolanya tersebut. Diatas permukaan, memang dia tokoh pembaharu, tokoh emansipasi wanita, tokoh yang mengangkat harkat dan martabat wanita Indonesia. Tapi disebalik itu, kadang sering disamarkan (mungkin untuk kepentingan tertentu).

Makanya selalu saya katakana kepada murid-murid saya bahwa tidak semua keterangan guru itu benar. Kalau menimbulkan keraguan, maka lakukanlah kajian secara lebih terperinci. Cari informasi sebanyak-banyaknya. Kalau informasi itu malah membingungkan, carilah orang yang kalian percaya untuk memecahkan persoalan tersebut.

Mungkin karena itulah sebabnya, banyak murid kritis yang akhirnya kembali kepada saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun