Ada berita pada Kompas.com tertanggal 12 Juni 2016 , yang membuat hati ini terenyuh. Berita itu dilengkapi pula dengan photo seorang ibu berusia lanjut dengan mimik sedang menangis sedih. Pada Caption photo itu disebutkan ibu pemilik warung nasi yang sehari harinya dipanggil “ Saeni “ tersebut menangis tersedu sedu seraya memohon kepada aparat , agar dagangannya tidak diangkut kantor walikota Serang . Namun tangisan dan permohonan sang ibu tersebut tak dihiraukan. Aparat Pol PP keukeh dan tetap mengangkut barang dagangannya. Karena sudah tak berdaya , Tak pelak saat itu juga pecahlah tangisan tersedu sedu sang ibu pemilik warung nasi.
Belakangan baru di ketahui modal dagangannya yang disita petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang, siang itu tak kurang dari Rp.600 Ribu , jum’at (10/6/2016). Menurut ukuran pedagang seperti Saeni, modal dagangannya yang disita tersebut sudah termasuk besar. Hanya itulah modal yang dimilikinya untuk menyambung hidup selama bulan Romdhon ini. Kini modal tersebut sirna , seiring sirnanya harapan untuk onkos pulang mudik dikala lebaran idul Fitri mendatang.
Itulah pula alasan ia menghiba dan memohon kepada aparat pol PP , supaya dagangannya jangan disita. Namun Aparat abai , Aparat bersikukuh menyita seluruh dagangannya.
Setelah dagangannya disita aparat Pol PP, menurut wanita berusia lanjut dari satu desa di jawa tengah itu, ia sempat sakit dan ketakutan. Ia sempat minum obat. Namun Saeni berpikir, hidup harus terus berlanjut. Untuk melanjutkan usahanya kembali, kini ia tak punya modal lagi. Tiada pilihan Ia terpaksa pinjam uang dari bank keliling. Walau pun Saeni menyadari bunga bank keliling itu mencekik leher.
“ apa boleh buat “.
"Kemarin itu pas disita saya masak habis Rp 600.000. Habis itu saya pinjam Rp 400.000 sama bank keliling. Habis sudah tidak punya apa-apa lagi, sih," kata Saeni.
Rupanya peristiwa tersebut tidak berhenti sampai kepada Saeni pemilik warung nasi emperan di kota serang itu saja.
Kini kisah penyitaan dagangan ibu Saeni itu beredar dan mendapat perhatian luas dari masyarakat, khususnya pengguna media sosial. Banyak kecaman atas tindakan penertiban itu dan muncul gerakan untuk menyalurkan donasi bagi ibu pemilik warung yang dirazia tersebut.
 Dari akun Twitter @dwikaputra atau Dwika Putra, seorang netizen yang menggalang dana untuk ibu tersebut, jumlah donasi yang terkumpul ditutup pada Minggu (12/6/2016) pukul 12 .00 WIB yaitu berjumlah sebesar Rp 232.847.619.
Kecaman terhadap tindakan arogan aparat Pol PP yang menyita barang dagangan Saeni, pemilik warung nasi emperan itu tak kurang kurang sejak dari ninizen, Anggota DPR hinggga ke wakil Presiden Yusuf Kala.
Itulah secuplik kisah Saeni, sorang wanita lanjut usia, dari salah satu desa di Tegal Propinsi jawa tengah , yang mencoba mengadu nasib ditengah kerasnya rimba kehidupan kota Serang , ia hanya mencoba untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya yang miskin. Ia terkejut dan sempat menderita sakit dan hingga kini deg deg an karena takut bila melihat kehadiran polisi Pamong praja di dekatnya.