Mohon tunggu...
Andri Rosita
Andri Rosita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Bidan dan petugas Promosi Kesehatan di Puskesmas Poncowarno. Ibu rumah tangga dan penggila drama korea.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Wayang Mbelin II; Sinta Obong

8 Maret 2012   11:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:21 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perihal kemenangan Sri Rama dalam invasinya ke negeri Alengka telah menjadi headline di setiap surat kabar yang beredar di negeri itu, dan karenanya Sinta bahagia. Penantiannya berakhir sudah. Tak lama lagi ia akan berkumpul dengan suami tercintanya. Lelaki sempurna dengan wajah perpaduan Tom Cruise dan Zumi Zolla. Tak lama lagi rekening rindunya akan segera tunai terbayar. Dia bergidik saking bahagianya.

Sudah terbayang dipelupuk matanya, apa yang akan terjadi nanti ketika ia bertemu dengan suami tercintanya itu. Mungkin mereka akan berpelukan erat lalu berpagutan ala bintang film holliwood. Mungkin juga akan menari, menyanyi dan berkejaran di antara pepohonan seperti Mithun Cakaborty dan Sri Devi. Atau mengkin cuma berpegangan tangan dan paling banter cium dahi ala sinetron Indonesia. Apapun itu, pastinya akan menjadi pertemuan yang spektakuler dan amazing serta fenomenal, menjadi buah bibir. Kembali Sinta berbinar bahagia.

“Yang mulia…” Suara berat itu menyadarkan Sinta dari impiannya. Dialah Hanoman, manusia setengah kera atau kera setengah manusia, tangan kiri suaminya. Tujuannya datang ke Alengka tak lain tak bukan untuk menjemput Sinta dan mengawalnya menuju Rama. Bukan kepalang bahagianya Sinta. Bergegas ia ingin segera bertemu, namun rupanya Hanoman tidak sepakat.

“Yang Mulia, bersihkanlah dahulu tubuh anda. Berganti busanalah dan berdandan yang cantik. Sehingga Sri Rama akan bahagia menyambut anda.”

Awalnya Sinta enggan, namun alasan yang dikemukakan Hanoman masuk akal juga. Ya menyenangkan suami memang kewajiban istri kan? Baiklah, aku berkemas terlebih dahulu, pikirnya.

Maka berginculah Sinta. Berdandan sejadi-jadinya. Ingin mempersembahkan yang terbaik untuk sang pujaan hati sembari berdendang lagu pujaan hati milik kaenjen band.

Sementara itu, di kilometer lima puluh r dari kaputren Alengka, Sri Rama tengah gusar dan galau. Tenda mewah ber-AC-nya itu tampak sesak dan pengap. Wajahnya memerah menahan marah dan sedih. Ditangan kirinya I-Pad masih dalam kondisi on. Diputar ulang lagi video berformat 3gp  yang baru saja ia peroleh melalui emailnya. Diamati lekat-lekat kedua wajah yang ada di dalamnya lagi. Ya, wajah itu memang mirip sekali dengan Rahwana dan Sinta, istrinya. Hatinya galau karena peredaran video mesum dengan wajah elaku yang diduga mirip Rahwana dan Sinta. Kehormatannya sebagai lelaki terkoyak. Sinta tak lagi suci.

Laksmana yang sedari tadi ada di sisinya pun turut galau. Ia tidak percaya kakak iparnya tega menghianati kakaknya yang beribu-ribu kali lebih tampan dari Rahwana, apa lagi Rahwana bukan vokalis band terkenal seperti vokalis dari negeri sebelah yang videonya banyak beredar itu. Jadi tak ada alasan bagi Sinta untuk berhianat.

“Kakang mas, jangan kau pendam sendiri galaumu. Biarlah mengenai permasalahan ini kita serahkan pada ahlinya. Biar saya utus Sugriwa untuk memanggil pakar telematika terkenal, Raden Mas Roy Sukro”

Rama bimbang dengan tawaran Laksmana. Meminta orang lain menyelidiki masalah ini maka berarti  membuka aib keluarganya sendiri. Membuka celah bagi wartawan infotaimen untuk memasuki kehidupannya dan tentunya jika kabar itu menyeruak akan membuat dewi Kekayi, ibu tirinya semakin bahagia dan menjadikan alasan untuk menambah pembuangan. Meski begitu, Rama ingin tahu kebenaran vido ini.

Ketika Rama tengah gusar. Hanoman datang memboyong wanita yang tengah mengisi pikirannya. Rama bangkit disambutnya Sinta. Kerinduannya membuncah. Dilihatnya Sinta tetap cantik, tetap kinclong, maka keraguan kembali terbersit. Jangan-jangan benar yang ada di video ini. sinta memang berkasih mesra dengan di bandot tua itu. Jika tidak mana mungkin ia tetap kinclong.

Maka kecurigaannyapun kian menjadi. Ditatapnya Sinta dengan tatapan jijik dan sangsi. Sinta yang berperasaan halus sudah menyadari ada ketidak beresan dalam situasi ini. musnah sudah harapan untuk berkasih mesra. Jangankan ala holiwood, ala boliwood dan Indonesia saja tidak mungkin. Rama terkesan sekali menajaga jarak.

“Ada apa, kanda?”

Rama tak berkata. Kelukaan dan kemarahannya membuat suaranya tercekat di tenggorokan. Ia hanya mampu menyodorkan I-Pad berisi video mesum tersebut pada Sinta. Dengan tak sabar, Sinta menyambar pemberian Rama. Sejurus kemudian wajahnya pias. Itu seseorang dengan wajah mirip dirinya tengah berasyik masyuk dengan Rahwana.

“Ini fitnah, kanda. Ini bukan dinda. Tak percayakah kanda pada dinda?”

“Lalu itu siapa, dinda? Mengapa ia serupa sekali denganmu?”

“Kanda…Rahwana itu maniak. Dia sangat tergila-gila pada hamba. Maka babu-babunya itu dia kirim ke negeri Hyun Bin untuk operasi plastik serupa saya.”

Rama hanya diam tak bergeming. Dia masih luka dan sangsi.

“Sekarang mau Kanda apa?”

“rama diam, lalu berkatalah ia “Buktikan jika kau masih suci. Bakarlah dirimu dalam api suci. Biar Dewa Dewi di langit sana yang menujukkan kebenaran”

Sinta terkejut. Laksmana lebih terkejut, lalu berbisik “kanda! Kanda sudah gila menyuruh mbak yu Sinta obong?”

Rama menatap Laksaman mantap. “Tak ada jalan lain, adikku”

“Kanda tidak seharusnya konyol. Coba kanda kalkulasi, berapa kubik kayu yang harus kita sediakan. Dan berapa liter minyak tanah yang harus kita sediakan pula. Kedua barang itu tengah langka, kanda. Apa tidak bisa diganti dengan upacara lain?”

Rama menggeleng. Laksmana kecewa. Dia embali sibuk dengan kalkulatornya. Memperkirakan berapa trilyun lagi dana APBN terbuang. Sinta terluka. Kecewa. Sakit hati. Kendati begitu dia bisa apa. Dia memang bukan pelaku video itu. Ia bahkan tak perlu menyewa pengacara Oye Kak Lingggis untuk membuatnya berkata buka dia dalam video itu.

Akhirnya ia menerima prasyarat dari Sri Rama, suaminya. Bukankah istri harus menurut kata suami. Suwarga nunut neraka katut, bahkan di hari perempuan ini.

Begitulah akhirnya. Sinta obong. Namun memang ia masih suci, api tak mampu membakar tubuhnya. Dan dengan tanpa malu-malu Rama memeluknya, menghiba maaf karena telah curiga. Merengek laksana bayi bekatalah  ia bahwa ia takut kehilangan Sinta. Dan Sinta seperti perempuan lainnya, selalu luluh mendengar semua itu dari mulut lelakinya.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun