Salah satu sebab penyebab keterpurukan umat Islam adalah hilangnya kebanggaan umat islam terhadap nilai-nilai Islam itu sendiri. Hal ini disebabkan karena sebagian besar karya sejarah yang dinikmati umat saat ini adalah karya para orientalis yang ingin memojokkan Islam sebagai entitas perusak peradaban, dan menuduh para pahlawan islam sebagai orang yang haus jabatan, doyan perang dan gila kekuasaan Padahal sebaliknya Islam telah menginspirasi dan menginisiasi kemajuan budaya, tatanan ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Salah satu pembaruan tatanan budaya yang dilakukan oleh peradaban islam adalah sistem pos atau korespondensi termasuk di dalamnya ekspedisi. System pos ini sebenarnya sudah sejak lama ada dalam peradaban dunia sebelum Islam datang. Ketika Islam datang, system korespondensi menjadi sangat penting karena semakin luasnya wilayah peradaban islam bahkan sampai ke tempat-tempat yang sebelumnya terisolasi. Pemerintahan Islam pada saat itu telah memberi peran utama dalam terjadinya proses globalisasi. Dengan ilmu pengetahuan serta kekuatan ekonomi yang dikuasainya, dunia Islam mampu membebaskan begitu banyak wilayah dari keterisolasian. Sebagai prasyarat pendukung globalisasi dan membuka keterisolasian adalah sistem korespondensi yang memadai.
Bagi seorang khalifah, petugas pos bagaikan mata yang tajam pandangannya dan telinga yang tajam. Selain sebagai penyampai pesan, petugas pos juga berfungsi semacam pejabat intelijen, karena mereka bertugas memberitahukan khalifah dan pera pejabat tinggi mengenai kondisi masyarakat secara umum termasuk menyampaikan informasi para khalifah kepada para gubernurnya dan sebaliknya. Ibnu Ath-Thuqthuqa mengatakan “Pos ini mengharuskan adanya beberapa kuda yang ditambatkan di beberapa tempat. Apabila petugas pos yang mengantarkan surat sampai pada salah satu dari tempat-tempat tersebut dan kudanya pun telah lelah, maka ia dapat mengendarai kuda lain pada pos tersebut. Diantara bukti kongkret mengenai perhatian Rasulullah terhadap system korespondensi adalah beliau melengkapi surat beliau dengan stempel, yang pada saat itu Rasulullah menggunakan cincinnya.
Ketika Pemerintahan Bani Umayyah berdiri, maka Mu’awiyah bi Abu Sufyan membentuk tugas-tugas khusus dan kaidah paten mengenai pos ini. Dimana ia membentuk dewan pengesahan atau penyetempel untuk system korespondensi pada saat itu. Sistem ini diperkuat lagi pada masa Pemerintahan Khalifah Abdul Malik bi Marwan. Pada saat itu khalifah memberikan perintah kepada Ibnu Ad-Dagidah untuk memberi prioritas kepada 4 jenis orang yang akan menghadap khalifah yaitu : muadzin, tamu di malam hari, petugas pos dan pembawa makanan. Pada masa Khalifah Al Walid bin Abdul Malik jaringan pos semakin meluas. Ia memperbanyak jumlah kuda dan unta serta membangun kantor-kantor pos di seantero negeri.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, Khalifah Harun Ar-Rasyid membentuk Jaringan pos yang teliti dan mendetail untuk menambah kecepatan dan pengiriman informasi dan instruksi kepada para gubernur. Ia membagi jaringan atau jalur pos tersebut dalam beberapa kantor cabang dan disetiap pos disiapkan pegawai beserta kuda dan perlengkapannya.
Pada masa pemerintahan Mamalik, jasa pos mengalami kemajuan. Sultan Baybers merumuskan sebuah system yang menjamin keterhubungan wilayah bagian Negara satu dan yang lainnya. Pusat jaringan ini pada waktu itu dinamai dengan Qal’ah Al-Jabal yang terletak di sebelah timur kota kairo.
Bentuk-bentuk system korespondensi pada saat itu selain menggunakan jalur darat dan jalur laut termasuk di dalamnya jalur udara. Salah satu penemuan spektakuler korespondensi lewat udara adalah dengan mendirikan menara mercusuar yang mampu mengirimkan informasi melalui mercusuar terutama pada malam hari. Informasi tersebut disebarkan melalui kombinasi cahaya yang hanya dimengerti oleh para petugas pos. Kira-kira prinsipnya mirip dengan sandi morse.
Termasuk di dalam kesuksesan system korespondensi adalah penemuan-penemuan pendukung seperti pemetaan, konsep bumi bulat dan pengetahuan geografi lainnya yang sangat mendukung terlaksananya system korespondensi secara efisien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H