Seorang penulis pasti akrab dengan plot. Terlebih, penulis fiksi. Ada berbagai macam plot yang bisa kita bayangkan untuk mengatur jalannya sebuah cerita. Tapi, apa kamu pernah mendengar yang satu ini? Deus ex machina, salah satu teknik plotting dari istilah latin yang artinya "Dewa dari mesin".
Dulunya, deus ex machina berasal dari pertunjukan teater Yunani kuno. Istilah ini merujuk pada mesin panggung teater yang berfungsi memunculkan patung atau aktor yang memerankan sosok "dewa". Mesin bisa berupa derek yang mengangkat sosok atau cara lain yang membuat "dewa" muncul secara tiba-tiba. Setelah itu, kemunculan dewa dari mesin inilah yang akan campur tangan dan menyelesaikan masalah dalam cerita dengan kuasa ilahi yang dimilikinya. Dengan begitu, cerita akan menemukan solusi secara mendadak dan berakhir dengan bahagia.
Penggunaan
Secara singkat, deus ex machina kini digunakan sebagai salah satu teknik untuk merencanakan plot yang tak terduga. Konflik yang terlihat mustahil dipecahkan akan mereda dengan kemunculan tokoh, sihir, atau bahkan kesadaran tertentu secara tiba-tiba. Misal, sang tokoh utama mengalami kejadian buruk dan semua pembaca berpikir bahwa masalah itu adalah kenyataan pahit tidak bisa dihindari. Namun, penulis menggunakan deus ex machina dan menyelesaikan cerita dengan kesadaran tokoh: semua yang dialaminya adalah mimpi yang tampak sangat nyata. Sayangnya, tipe alur seperti inilah yang terburuk dalam sastra atau film, dilansir dari prowritingaid.com.
Dalam cerita fiksi yang lebih umum, penulis biasa memberikan unsur-unsur petunjuk ending dalam bagian cerita, baik dengan penguatan sifat tokoh atau petunjuk lain. Sementara itu, hal terpenting dalam teknik deus ex machina adalah penulis tidak bisa memberikan petunjuk apa pun yang berkaitan dengan akhir cerita. Seolah, ada unsur dari luar cerita yang tiba-tiba masuk dan mengakhiri cerita dengan cara yang tak masuk akal.
Apa Bedanya dengan Plot Twist?
Melansir Masterclass, plot twist adalah kemunculan peristiwa yang punya peluang untuk mengembangkan karakter dalam cerita. Munculnya plot twist akan merebut perhatian dan membuat pembaca terkejut. Namun, mereka tetap menganggap bahwa kejutan itu masuk akal. Bahkan, plot twist yang mucul di akhir cerita bisa membekas kuat di hati pembaca.
Sayangnya, hal ini tidak berlaku bagi deus ex machina. Teknik yang satu ini terbilang jarang memberikan akhir cerita yang memuaskan, termasuk bagi pembaca setia yang telah mengenali tokoh cerita dan gaya tulis penulis. Tak sedikit orang yang melihat plot ini seperti akhir cerita yang dibuat-buat.
Meski begitu, kalau kamu adalah tipe pembaca yang menyukai cerita dengan campur tangan dewa atau kewenangan ilahi, deus ex machina bisa saja plot yang menarik bagimu. Contohnya, dalam "The Stand" karya Stephen King, deus ex machina terbilang berfungsi dengan cukup baik. Melansir prowritingaid.com, karya ini menunjukkan sindiran halus bahwa Tuhan membantu tokoh-tokoh protagonis.
Cerita pada "The Stand" menunjukkan berbagai rintangan berat yang membuat pembaca pesimis bahwa para tokoh bisa menyelesaikan semua masalah mereka. Namun kemudian, sebuah "tangan Tuhan" tampak turun dari langit dan meledakkan nuklir yang menghancurkan semua karakter jahat. Senjata dari tangan itu bahkan hanya menyisakan kelompok protagonis yang akhirnya selamat.
Kenyataannya, semua tokoh di akhir novel itu sama sekali tidak percaya bahwa "Tuhan" telah melakukan sesuatu untuk mengakhiri penderitaan mereka. Terlebih, King, sang penulis, sejak awal menceritakan kisah dari sudut pandang yang tidak memperhitungkan peran "Tuhan". Sehingga, tokoh fiksi dalam "The Stand" pun dibuat sama terkejutnya dengan pembaca saat peristiwa itu terjadi.