Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Naik Haji, Mandiri atau Ikut KBIH?

14 November 2013   20:54 Diperbarui: 4 April 2017   17:03 19022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, jamaah haji reguler biasanya dibedakan menjadi dua kelompok besar, jamaah haji mandiri dan jamaah yang ikut KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji).

Jamaah mandiri adalah jamaah yang dikelola langsung oleh kantor Kemenag (Kementrian Agama) dari awal, mulai dari bimbingan manasik hingga pelaksanaan di tanah suci. Sementara jamaah KBIH adalah jamaah yang ikut bimbingan KBIH.

Di kota kecil sekelas Depok saja, jumlah KBIH yang terdaftar resmi tercatat lebih dari 20 buah, belum KBIH yang setengah resmi. Tahun ini, jumlah jamaah haji di Depok adalah sebanyak 1.234 jamaah, 388 memilih mandiri dan sisanya ikut KBIH.

Untuk kami pribadi kami lebih memilih menjadi haji mandiri.  Beberapa pertimbangan kenapa kami memilih mandiri antara lain adalah karena jamaah mandiri adalah flagship-nya jamaah haji Indonesia. Dari mulai pemberangkatan, pembimbingan hingga pelaksanaan ibadah haji semua dilakukan secara oleh pemerintah dalam hal ini kantor Kemenag.

[caption id="attachment_292271" align="aligncenter" width="520" caption="Pelepasan jamaah haji oleh Wakil Walikota Depok"][/caption] Karena itu pada saat pelepasan, yang dilepas secara resmi oleh pemerintah adalah pemberangkatan jamaah mandiri. Sementara jamaah KBIH biasanya dilepas di KBIH masing-masing. Tahun ini kami dilepas oleh Wakil Walikota Depok di Mako Brimob Depok.

Pertimbangan berikutnya adalah pertimbangan biaya. Bagi kami,  biaya naik haji resmi sebesar 34,5 juta rupiah masih terasa berat, jika ada biaya tambahan lainnya tentu akan semakin  memberatkan. Sementara untuk bisa ikut KBIH, biaya bimbingan yang harus dibayar di KBIH di wilayah Depok minimal sekitar 3,5 juta rupiah, belum biaya lain-lainnya. Uang sebesar itu bagi kami lebih baik digunakan untuk tambahan uang saku atau yang lainnya.

Memang harus diakui, pelaksanaan bimbingan di KBIH biasanya lebih intensif dan bisa berlangsung lebih dari 20 kali. Sementara untuk jamaah mandiri biasanya hanya berlangsung 10 kali. Bagi kami, bimbingan sebanyak 10 kali tersebut sudah cukup memadai karena kepada  kami juga dibagikan buku panduan lengkap dengan videonya. Kalau ada kurang-kurangnya masih bisa mencari referensi lain melalui berbagai buku atau langsung berkonsultasi kepada para ustadz.

Alasan lainnya adalah masalah fleksibilitas. Bagi jamaah haji mandiri, mau aktif atau tidak lebih tergantung pada kemauan masing-masing jamaah. Di luar kegiatan yang rukun dan wajib hampir semuanya diserahkan kepada masing-masing jamaah. Kita bisa menyusun kegiatan sesuai dengan keinginan kita masing-masing. Mau umroh setiap hari atau sehari shalat lima waktu di Masjidil Haram, semua terserah kita. Tim pembimbing haji dari Kemenag biasanya lebih banyak berkonsentrasi pada pelaksanaan rukun dan wajib haji serta tur dan ziarah ke berbagai tempat yang memang sudah disiapkan.

[caption id="attachment_292272" align="aligncenter" width="520" caption="Konsolidasi jamaah di Madinah"]

13844355751822190739
13844355751822190739
[/caption] [caption id="attachment_292273" align="aligncenter" width="520" caption="Konsolidasi jamaah di Makkah"]
1384435677660977144
1384435677660977144
[/caption] Salah kaprah istilah mandiri

Seorang teman pernah bertanya kenapa kami memilih haji mandiri dan tidak memakai KBIH saja. Dengan meyakinkan dia bilang kalau  jadi jamaah haji mandiri berarti semuanya harus dilakukan sendiri dan tidak ada bimbingan sama sekali. Bagi banyak orang, terutama orang-orang berusia lanjut atau ibu-ibu yang bepergian tanpa pendamping keadaan seperti itu tentu akan sangat menyusahkan.

Kenyataannya sebenarnya tidak demikian. Dalam rombongan haji mandiri, tetap masih ada pendampingan, ada ketua kloter yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ibadah haji, ada pembimbing ibadah, ada tim kesehatan lengkap dengan dokter dan perawatnya. Disamping itu juga dibentuk 1 regu untuk tiap 11  orang, 1 rombongan untuk setiap 4 regu dan 1 kloter untuk setiap 10 rombongan. Semuanya saling bahu untuk mewujudkan kemabruran haji jamaah.

[caption id="attachment_292274" align="aligncenter" width="520" caption="Tur di Jabal Magnit"]

13844360091481511158
13844360091481511158
[/caption] Karena itu istilah jamaah haji mandiri kayaknya perlu dikoreksi, mungkin bisa diganti dengan istilah jamaah haji Kemenag (kementrian Agama), untuk membedakan dengan jamaah KBIH.  Atau mungkin justru istilah mandiri tersebut memang sengaja dipertahankan, karena, seperti kita tahu,  ibadah haji ini disamping punya sisi  ibadah, juga punya sisi bisnisnya yang tidak kecil nilainya. Wallahu a’lam

Jadi mau ikut jamaah haji mandiri atau ikut KBIH nih ? Semua terserah pilihan masing-masing, semua punya preferensi sendiri-sendiri.

Catatan haji lainnya :

1. Bakhutmah, Kawasan Pemondokan Haji di Kota Makkah

2. Di Makkah, Harga Air Kencing Unta Lebih Mahal dari Harga Susu Unta

3. Bagaimana Cara Jamaah Haji Makan Selama di Tanah Suci

4. Menengok Bekas Rumah Abu Jahal

5. Beda Perlakuan Terhadap Jamaah Haji dengan PesawatGaruda Dan Saudia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun