Untuk pelajar dan mahasiswa selepas lulus sekolah atau kuliah mau kemana kita nantinya, bekerja atau berwirausaha?. Kalau bekerja menjadi pilihannya sudah pasti akan menghadapi kendala yang banyak dan cukup kompleks, dari terbatasnya lapangan pekerjaan hinggan persaingan ketat antar pencari kerja lainnya.
Kenapa kita tidak langsung memilih untuk menjadi wirausaha, yang notabene masih terbuka luas lapangan wirausaha dan masih sedikitnya persaingan antar wirausaha.
Menurut literatur istilah wiraswasta = wirausaha.
Istilah wiraswastawan dihubungkan dengan istilah saudagar, berasal dari bahasa sansekerta yg memiliki pengertian Wiraswasta terdiri dari kata Wira, Swa, Sta. Wira berarti manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan & berwatak agung. Swa berarti sendiri, dan Sta artinya berdiri. Saudagar, Sau adalah seribu & dagar artinya akal. Jadi artinya seribu akal.
Istilah wirausaha berasal dari kata Entrepreneur (bahasa Perancis) yg kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between (Perantara). Secara Harfiah Wira artinya berani sedangkan Usaha adalah Daya Upaya, Kewirausahaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan keberanian seseorang dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Entrepreneur adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada pada diri kita untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup kita.
Manusia melakukan petukaran barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkaan rela untuk mengarungi lautan, antar benua untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Kalau kita lihat awal sejarah Penjajahan Belanda terhadap Indonesia, bermula hanya untuk melakukan perdagangan dengan penduduk lokal. Perlahan terus berkembang dan berkembang dari mulai sekedar mitra bisnis, berlanjut memonopoli perekonomian hingga pada puncaknya sukses selama 350 tahun "Menjajah Indonesia", meraup semua yang ada di bumi pertiwi ini untuk membangun negaranya dan meninggalkan luka pedih atas negara jajahannya sampai saat ini. Coba lihat bekas negara - negara penjajah, sekarang mereka menjadi negara maju dalam perekonomian, sedangkan bekas negara jajahan mereka masih tertatih tatih mencari jati diri.
Setelah 68 tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, aroma penjajahan masihtercium dan terasa sampai saat ini. Dibutuhkan lebih banyak keberanian dari bangsa ini secara bersama – sama untuk bangkit dari keterpurukan, menghilangkan pola pikir menjadi bangsa yang terjajah yang masih ada dalam kehidupan sehari – hari. Tidak mudah memang dalam rentang waktu 68 tahun ini untuk merubah pola pikir “bangsa terjajah”yang sudah berlangsung selama 350 tahun.
Sebagian besar penduduk Indonesia lebih memilih menjadi pekerja dengan berbagai motif dan alasan diantaranyakeamanan yaitu mendapatkan penghasilan tetap tiap bulannya.
Untuk itu tidak ada salahnya kita belajar dari negara Jepang yang notabene dari letak geografis negaranya minus akan Sumber Daya Alamnya, tetapi dengan pengoptimalan kemampuan Sumber Daya Manusianya sekarang mereka menjadi Negara maju dan memimpin perekonomian dunia.
Bangsa Indonesia harus bangkit dan mengoptimalkan Sumber Daya Manusianya, untuk mengelola Sumber Daya Alam yang begitu banyak di Negara ini. Kalau saja, 5% persen dari penduduk Indonesia menjadi Wirausaha yang berhasil, maka dapat meng-“cover” 95% lainnya untuk maju dan berkembang dan dapat menjadi pemimpin perekonomian dunia. Sayangnya kurang dari 2% persen dari penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha sukses.