Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Curhatan Pemilik Kos, Beraneka Tingkah dari Status Penghuninya

21 Agustus 2020   20:29 Diperbarui: 24 Agustus 2020   14:51 2564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Suasana sebuah kos-kosan di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (4/10/2018). (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Just Sharing....

Jam 11 siang hari ini, saya berkunjung ke salah satu nasabah di tengah kota. Sebut saja namanya Ibu Maria ( nama samaran). Perempuan berusia 60 tahunan yang mengelola beberapa usaha bersama sang suami. Umur Si Bapak sudah hampir 70 tahun. Secara persyaratan kredit sudah agak sulit, sehingga beberapa kontrak kredit di kantor, lebih banyak atas nama istri. 

"Bapak ikutin ibu aja karena dari muda dulu, ibu yang lebih punya banyak inisiatif. Usaha air minum, kios sembako, ngebangun ruko hingga usaha kos -kosan ini, semua idenya Ibu. Hanya sertifikat rumah saja yang atas nama Bapak " kata Si Bapak setahun lalu saat kami bertiga duduk, dan mereka menandatangani akad kredit. 

Ibu Maria dan suaminya tergolong Good Customer atau yang biasaya di singkat GC. Ini adalah istilah untuk data base nasabah yang punya satu kontrak atau lebih dari satu kontrak, baik telah lunas maupun masih aktif, dengan riwayat pembayaran lancar. Katagori baik juga mengacu pada riwayat di lembaga pembiayaan lain dan skala usaha yang dikelola.  

Selayang pandang rumah mereka cukup luas. Menyatu dengan kos -kosan yang dibangun. Total luas bangunan dari depan ke belakang, kurang lebih sekitar 4 hektar. Hampir sama dengan kediaman tetangga di kiri dan kanannya. Dari cerita Ibu Maria, dulunya kawasan ini adalah persawahan di tahun 70 an.

Masing-masing keluarga membeli tanah dengan luas yang seragam,  lalu mendirikannya sebagai tempat tinggal. Kelebihan luas tanah di pekarangan,  dimanfaatkan beliau bersama suami tuk mendirikan kos.

"Sebagai pensiunnya Ibu dan Bapak di hari tua. Karena kami ini wiraswasta, bukan pegawai negeri, ngga ada pensiun." ujar Ibu Maria sembari menyajikan segelas kopi hitam bagi saya, di meja kecil depan terasnya. 

" Tapi sepertinya hasil kos - kosan Ibu dan Bapak, malah lebih besar dari rata -rata uang pensiunan PNS, ' kata saya. 

"Alhamdulilah Mas, sedikit sedikit ada tiap bulan. Cuma ya itu, kadang macet-macetan. Tergantung penghuni kos nya. Bersyukur Ibu dan Bapak ada usaha lain, sehingga bisa subisidi silang," tutur wanita beranak 3, yang kelihatan masih enerjik. 

Bangunan kos milik Ibu Maria dan suaminya ada 9 kamar. Di lantai 1 ada 5 kamar dan di lantai 2 ada 4 kamar. Deretan kamar di lantai satu luas nya kurang lebih 3 meter X 3,5 meter. Di lantai dua jauh lebih besar ukurannya, yakni 4 meter X 4,5 meter. Harga sudah pasti berbeda. Di lantai bawah dibanderol 500 ribu per bulan, di lantai atas 600 ribu. 

Menariknya dengan harga sewa segitu,  sudah ada tempat tidur lengkap dengan kasur, bantal, lemari pakaian, plus gratis air dan listrik. Hmm, termasuk murah juga ya, dengan fasilitas yang disediakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun