[caption id="attachment_187173" align="aligncenter" width="300" caption="Satelit Telkom 2 (Ilistrasi). Sumber :http://ridwanaz.com/umum/sejarah/sejarah-satelit-milik-indonesia/"][/caption]
Peringatan hari peluncuran Satelit Palapa tak semarak peringatan hari -hari lainnya, sehingga banyak orang Indonesia yang tidak mengetahui bahwa tanggal 9 Juni adalah hari pelepasan Satelit Palapa. Peluncuran pertama satelit komunikasi domestik Palapa A-1 ke angkasa pada 9 Juli 1976. Satelit yang merupakan buatan dari Hughes (AS) ini diluncurkan dari tanjung Canaveral, Florida, AS. Peluncuran satelit Palapa menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Kanada dalam teknologi per-satelitan. Keputusan Presiden Soeharto ketika itu untuk membeli satelit Palapa, sekarang terlihat manfaatnya. Mungkin tanpa satelit Palapa sudah tidak ada Indonesia yang kita kenal sekarang ini, satelit komunikasi yang menghubungkan seluruh kepulauan Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Saat itu, Palapa A-1 ditempatkan pada orbit di ketinggian 36.000 km di atas bumi dan dikendalikan oleh Stasiun Pengendali Utama (SPU) di Cibinong, Jawa Barat.
Sateli palapa jelas memiliki dampak terhadap kehidupan manusia Indonesia. Dampak yang dimaksud adalah sesuatu yang diakibatkan oleh satelit palapa tersebut, bisa dampak positif atau negatif. Meskipun secara umum perkembangan maupun penggunaan satelit memberikan dampak positif, berupa kemudahan dalam aspek komunikasi, informasi hingga beberapa bidang lain termasuk ekonomi dan militer, penggunaan satelit, juga berpotensi menimbulkan dampak negatif.
Dampak Positif
Seperti diketahui, bahwa siaran radio maupun televisi dan telephon membutuhkan satelit sebagai suatu media dalam menyampaikan informasi. Perkembangan Satelit Palapa yang terus dilakukan guna menutupi berbagai kekurangannya, juga berimbas pada perkembangan alat-alat komunikasi seperti televisi, radio, maupun telephon. Itulah salah satu dari sekian dampak dari adanya ataupun digunakannya Satelit Palapa di Indonesia.
Pembangunan pada bidang telekomunikasi menjadi semakin maju. Sebagai contoh, dunia pertelevisian Indonesia yang dulunya dipegang oleh sektor pemerintah, kini sudah mulai dipenuhi oleh sektor-sektor swasta. (Armando. 2011 : 117).
Bahkan dari yang bersekala Lokal, regional seperti JTV (Jawa Timur Televisi) di wilayah regional Jawa Timur, bersekala nasional seperti SCTV (SURYA CITRA Televisi), ANTV (Andalas Televisi), hingga yang bersekala Internasional seperti Metro TV dan MNC Sport 1 dan 2 milik Media Nusantara Citra. Hal ini tentunya dilatar belakangi oleh semaikin meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, disamping berkembangnya teknologi satelit di Indonesia.
Pada periode sesudah tahun 1990, PT.Telkom lebih banyak melakukan optimisasi penggunaan stasiun bumi. Permintaan lalulintas di kawasan Indonesia timur dapat dipenuhi melalui relokasi stasiun-stasiun bumi dari Jawa atau Sumatra (Rahmandias. 2002 : 71).
Saat digunakan untuk lalulintas yang rendah, antena parabola dengan ukuran lebih kecil banyak digunakan demi mengurangi pemakaian tempat selain untuk lebih memudahkan upaya relokasi dan transportasi ke daerah-daerah terpencil. Tambahan lagi, PT.Telkom juga mengganti sistem transmisi satelit analog menjadi sistem digital. Sistem FDM/FM digantikan dengan TDMA Medium Bit Rate dan Low Bit Rate pada awal tahun 1990-an. Sistem TDMA Medium Bit Rate digunakan di keseluruhan 36 stasiun bumi sementara TDMA Low Bit Rate dipakai di 30 stasiun bumi.
Pada tahun 1995 suatu sistem digital baru untuk komunikasi point-to-point telah lahir, sehingga PT.Telkom menggantikan hubungan-hubungan dengan lalu lintas tinggi antar kota yang sebelumnya menggunakan TDMA dengan Intermediate Data Rate (dengan kecepatan 2 Mbps). FDMA akhirnya sepenuhnya dihentikan pemakaiannya pada akhir 1996. Untuk keperluan penyiaran televisi, PT.Telkom mulai menggunakan sistem digital MPEG-2 pada tahun 1996, dan kesemua fasilitas distribusi televisi analog pada satelit-satelit PT.Telkom telah selesai didigitalisasikan pada tahun 2000. Dengan demikian, PT.Telkom mampu untuk mengurangi kebutuhan transponder televisi sampai setidaknya dengan kualitas yang sama baiknya bila dibandingkan dengan persyaratan transponder sistem analog (Rahmandias. 2002 : 114).
Dengan Peluncuran Satelit Palapa A1, Indonesia sejatinya menjadi negara pertama untuk kawasan Asia Tenggara yang memiliki dan menggunakan satelit sebagai pemersatu. Untuk itulah pada 2010 sudah digagas pula mengenai ICT Leading Nation. Hal tersebut bertujuan untuk memajukan penggunaan teknologi informasi bagi masyarakat.
Tingkat penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di Indonesia yang lebih moderat dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, dapat menjadi sebuah potensi untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang TIK. Meskipun tingkat penggunaanya masih relative rendah bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Malaysia (Winantiyo.2008 : 166).
Namun dengan tingkat kemajuan dalam perkembangan satelit di kawasan Asia Tenggara, Indonesia dapat dikatakan juga memberikan dampak positif bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Seperti Filiphina dan Thailand yang menggunakan jasa satelit dari Indonesia untuk keperluan di negerinya masing-masing (Harmoko. 1988 : 369). Adanya penggunaan satelit Indonesia oleh negara lain, tentunya berimbas pula pada pemasukan kas negara dari penyewaan satelit maupun penggunaan secara bersama, namun selama ini saya belum tahu, berapa yang masuk di APBN Indonesai.
Dampak Negatif
Mempercepat komunikasi dan informasi, merupakan suatu dampak yang sangat menguntungkan dari digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa saat ini manusia sendiri justru seakan dikuasai oleh teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Perkembangan satelit sendiri juga diikuti dengan perkembangan internet. Tidak dipungkiri lagi bahwa keduanya sangat berkaitan.
Dahlan, 2008 : 663, dalam bukunya yang berjudul “Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia” mengatakan bahwa, perubahan sosial di suatu negara tidak selalu membawa perkembangan positif, namun ada yang negatif yang mempengaruhi tingkah laku serta pola pikir masyarakat.
Dalam permasalahan internet, dewasa ini sangat memberi dampak yang buruk meskipun ada pula dampak positif lainnya. Mulai dari pornografi, anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen browser melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home-page yang dapat di-akses. Di internet terdapat gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal.
Violence and Gore, kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara agar dapat menjual situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat tabu. Penipuan, hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang kita dapatkan pada penyedia informasi tersebut.
Carding, karena sifatnya yang real time (langsung), cara belanja dengan menggunakan Kartu kredit adalah cara yang paling banyak digunakan dalam dunia internet. Para penjahat internet pun paling banyak melakukan kejahatan dalam bidang ini. Dengan sifat yang terbuka, para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi (yang menggunakan Kartu Kredit) on-line dan mencatat kode Kartu yang digunakan. Untuk selanjutnya mereka menggunakan data yang mereka dapatkan untuk kepentingan kejahatan mereka.
Perjudian, dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs-situs yang ada kaitannya dengan perjudian, misalnya Dewa Poker, karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan memerlukan banyak persetujuan dari pengunjungnya.
Oleh karena itu, mari gunakan alat komunikasi kita kepada hal-hal yang positif sehingga kalau diakses oleh konsumen juga bisa berdampak positif. Konsumen berfikir positif, maka akan membawa posifit juga pada sebuah bangsa. Mari membangun bangsa dengan “media” yang positif.
Selamat Hari Pelepasan Satelit Palapa
09 Juni 2012
Buku Bacaan
Armando, Ade. 2011. Televisi Jakarta di Atas Indonesia. Yogyakarta. Penerbit Bentang.
Dahlan, Alwi.M. 2008. Manusia komunikasi, komunikasi manusia. Jakarta. Pt. Kompas Media Nusantara.
Harmoko. 1988. Himpunan pidato Menteri Penerangan RI. Jakarta. Departemen Penerangan, Republik Indonesia.
Rahmandias, M. 2002. Televisi Dan Satelit Palapa : Bisnis Telematika Indonesia Menyongsosng Era Digital. Yogyakarta. Lembar Cakrawala.
Winantiyo, R. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), 2015: memperkuat sinergi ASEAN di tengah kompetisi global. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H