Mohon tunggu...
Vito Adhityahadi
Vito Adhityahadi Mohon Tunggu... -

wartawan lifestyle, bass player. gemar menulis feature, penyuka musik, rock n roll, funk, blues, dan reggae. \r\ni'm always in my soul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inovasi Wayang Cina Jawa Gunakan Teknik Video Syuting

30 Juni 2013   07:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:13 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh :Vito Adhityahadi

Cerita wayang tak hanya di Indonesia saja, kebudayaan ini berada dan tersebas luas di negara-negara lain, khususnya benua Asia. Indonesia, di pulau Jawa

memiliki wayang kulit, hampir sama halnya yang dimiliki oleh Cina. Namun perbedaannya adalah saat dimainkan wayang kulit terlihat kelap karena menggunakan bahan yang padat. Namun, jika wayang cina terlihat terang karena menggunakan bahan yang tebih transparan. Dari kedua bentuk kebudayan wayang itu, sebuah inovasi wayang baru telah dipertontonkan. Bagaimana hasil alkurturasi kedua budaya tersebut, simak artiket berikut.

Kesenian wayang kulit kerap dianggap popular sebagai produk kebudayaan masyarakat jawa, yang konon katanya menceritakan tokoh-tokoh negeri khayangan, kisah punakawan seperti petruk, semar dan gareng. Wayang kulit jawa adalah sebuah replica dari dari wayang Cina-Jawa biasanya terbuat dari kulit kerbau dan tanduk kerbau, sehingga kuat dan biasanya bisa berumur hingga puluhan tahun.M Tavip, seniman pewayangan bergelar S2 mengatakan saat ini wayang Cina-Jawa sudah di abadikan di museum, tepatnya di museum Sono Budoyo, Yogyakarta yang di teruh pada pertengahan Juli 2005. Wayang ini diprakarsai oleh Ghan Twan Sing pada abad XX, hingga puncak kepopuleran wayang Cina-Jawa diperkirakan saat pada tahun 1925.

Keberadaan wayang Cina-jawa yang kini telah masuk museum tidak membuat para seniman wayang, termasuk tavip untuk pasrah. Ia menyampaikan, dirinya dengan Nano Riantiaro (Ketua Teater Koma) membuat inovasi dan memperbaharui bentuk pewayangan Cina-Jawa tersebut. “Saya dengan pak Nanao menampilkan wayang cina-jawa itu dalam bentuk lain, sehingga saya mencoba memberikan sentuhan tekhnologi, baik dari teknis pembuatan, bahan dan pencahayaan juga teknik bermain yang memebrikan warna-warna inovasi dengan menggunakan bahan yang lebih transparan. Namun, warna aslinya itu tidak kauh berbeda dengan wayang kulit,” jelasnya sesaat sebelum pentas di salah satu acara seni budaya, Senin (8/4/2012).

Dalam cerita yang disampaikan melalui pewayangan Cina-Jawa itu, menurut Tavip sudah di regenerasikan dengan cerita-cerita Cina peranakan Jawa yang ada di Indonesia. Wayang ini juga memiliki anatomi lebih mirip kepada manusia, dibanding wayang kulit yang terlihat lebih abstrak. Dalam penyampaian Tavip sebagai ahli pewayangan, ia mengatakan wayang kulit Cina-Jawa tersebut berasal dari orang-orang Tionghoa yang terinspirasi dari wayang kulit Jawa. “Ada sentuhan yang berbeda yang orang Cina gunakan, mereka menggunakan kostum/pakaian Cina, yang tidak jauh berbeda dengan wayang potehi atau wayang tiga dimensi,” paparnya.

Memainkan wayang Potehi dengan wayang kulit memiliki tingkat kesulitan yang berbeda tentunya, bahkan, seperti dikatakan Tavip, untuk serius menekuni bermain wayang harus focus di satu jenis wayang, sehingga tingkat kesulitan yang dimaksud dapat dikuasai setelah seringnya berlatih dan belajar. Ia menjelaskan, perbedaan dalam teknik bermain antara wayang kulit dan wayang Cina-Jawa ialah menggunakan angel seperti dalam video, ada long shoot, medium shoot, dan close up, yang akhirnya membuat si dalang harus mengerti bahasa video syuting. “Si dalangjadinya harus mengerti bahasa yang ada dalam video syuting, dan setelah dilihat hasilnya memang menunjukan inovasi untuk di tonton,” paparnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun