Mohon tunggu...
ade subasar
ade subasar Mohon Tunggu... -

ade subasar lahir di sebuah perkampungan yang jauh dari keramayan. hidup dalam bimbingan orang tua yang bersifat keras. hidup dalam kemiskinan namun penuh semangat untuk merubah diri. lahir tgl 07 januari 1991 di bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Telah Jatuh Cinta

11 Desember 2010   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:50 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku telah jatuh cinta. seandainya iman tak tertancap dalam dada mungkin aku telah bersalaman dan berkenalan dengannya. walau aku tak tau seperti apa cara dia bersalaman dengan lawan jenis. Dia begitu berbeda dengan gadis lain, berkerudung serta santun dalam berkata. Banyak yang tak hirau akan kelembutan gadis itu. Sangka dalam dada hanya aku yang memperhatikannya, bagaimana tidak yang lain tetap asik dengan kegiatan mereka.

Tidak hanya itu gadis itu tak pernah memandang lawan jenisnya. Dia selalu merunduk, berkata dalam tatap tajam kebawah. Dia begitu bersahaja, dengan pakainnya yang sederhana menunjukan bahwa dia adalah gadis salehah yang langka. Namun sepertinya terdapat sebuah luka dalam tatapnya. Baatinnya seperti menyembunyikan sebuah rahasia yang menyakitkan. Seperti hanya dia yang merasakan. Karna ku lihat teman-temannya begitu riang dan tertawa lepas.

Aku melangkah, entah kenapa kaki ini seperti bergerak sendiri menghampirinya. Dia terkejut dengan kedatanganku yang tiba2. “aku falah, muhamad falah” aku menyebut namaku sambil mengulurkan tangan mengajak salaman. Dia tak bergeming lekat menatap kebawah. “oh maaf sekiranya aku lancang” kataku menyadari kalau dia tidak menghendaki kehadiranku. “oh iya gapapa mas, aku salsa, salsabila” dalam keterkejutannya dia menjawab dan mempertemukan kedua telapak tangannya di depan dada. Ternyata dia tak mau bersalaman dengan bersentuhan tangan.

Aku banyak bertanya kepadanya, dia juga mendengarkan dan menjawab semua yang kutanyakan, namun tatapannya tetap lekat ke bawah tanpa mau memandang diriku. Aku begitu kagum, ternyata di zaman yang sudah modern ini masih ada orang yang teguh akan pendirian dan memegang erat ajaran agamanya.

Semua orang yang hadir di acara itu asik dengan makanan yang tersedia dan ngobrol ngalor ngidul dengan kenalan baru atau bahkan teman lama yang sudah lama tidak bersua. Aku begitu tertarikdengan sosok salsa, namun ketika aku sedang asik ngobrol dengan salsa tiba2 datang seorang peria yang menghampiri kami. “salsa, ayo kita pulang pak kiyai sudah menunggu di mobil”. Peria yang datang tiba2 itu mengajak salsa pergi dan melirik kepadaku dengan tatapan yang kurang bersahabat. “eh kak ruslan, perkenalkan nih kak falah” salsa memperkenalkanku pada peria yang tak ku kenal itu. Lalu aku mengajak sang peria bersalaman. Dia menjabat tanganku tanpa ekspresi. Keheningan sedetik itu terjadi dan di buyarkan dengan berdirinya salsa dari kursinya. “kak falah aku pulang duluan ya” untuk pertama kalinya salsa memandangku namun tak sampai aku melihat tatap matanya dia sudah menunduk kembali. “kau begitu anggun salsa” aku membatin.

*************

lembayung senja di upuk barat menyemburat kuning kejinggaan. mentari sore masih setia dalam detik-detik menghilangnya dibalik belahan bumi lain. Aku bertasbih menyebut asmanya kerap kali melihat keindahan yang selalu terlihat jika sore hari menjelang. “falah apa kau belum mau memberikan seorang cucu untuku?” dalam keindahan sore di hiasi gerimis ibuku menanyakan lai hal yang sering ia tanyakan. Dalam usianya yang kian hari kian berkurang dalam setiap helaan nafasnya sepertinya beliau sangat merindukan seorang cucu dariku, namun jangankan seorang cucu calon istripun aku belum memilikinya.

“mama tidak memeksamu nak, tapi mama semakin hari semakin tua, makanya mama terus mendesak kamu untuk seggera mencari calon istri. Mama ingin menimang cucu sebelum menghembuskan nafas terakhir mama” mamaku kembali berkata, “bukannya aku gak mau mengabulkan permintaan mama, tapi aku belum punya calon istri yang cocok untuku” “kau terlalu pemilih, si tati aja yang cantik dan baik hati kau tolak” “aku punya alas an tersendiri menolak si tati ma, aku pernah memergoki dia sedang berciuman dengan pacarnya waktu kami masih kuliah di bandung” “tapi itukan dulu, sekarang si tati udah berubah dia lebih sering mengaji daripada keluyuran keluar rumah seprti dulu” “apa mama tega punya mantu yang tak bisa mempertahankan kesuciannya, mantu yang pernah mengobral bibirnya untuk orang yang bukan muhrim bagi dia?” “sudah falah kita jangan berdebat. tak enak di dengar tetangga” mamaku sepertinya kesal kepadaku dan pergi begitu saja menuju taman. “maafkan anakmu mama” aku bergumam sendiri sambil menatap mamaku yang berjalan menuju taman.

**************

Sayup2 terdengar suara lantunan Al-Quran yang begitu menyejukan hati. “mba salsa suaranya bagus ya mi, kalau sudah besar nanti aku pengen suaraku bagus sperti mba salsa” seorang anak kecil yang berada disamping salsa berkata manja pada ibunya. “ia nanti ka Salsa yang ngajarin Hawa ngaji” umi Fatimah berkata sambil membetulkan kerudung Hawa.

Salsa adalah seorang anak yatim yang tinggal bertiga dengan ibunya Umi Fatimah dan adiknya Hawa Salsabila Zahra. Mereka bertiga hidup rukun di pondok pesantren Al-Huda. Pondok pesantren peninggalan mendiang kiyai haji Komarudin Asyafii. Sekarang pondok pesantren itu di urus oleh kiyai Mufrod. ……………. ?????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun