[caption id="attachment_151108" align="aligncenter" width="580" caption="Daratan Pulau Selatan Selandia Baru difoto dari dalam pesawat"][/caption] Tadinya saya menyangka peraturan custom di New Zealand akan seseram dan seketat aturan custom di Australia. Membayangkan ribetnya melewati pemeriksaan custom saja sudah bikin hati ciut. Ternyata kekhawatiran saya berlebihan. Meski aturan resminya terlihat 'galak', kenyataan di lapangan tidak terlalu menakutkan. Petugas di bandara dengan senang hati membantu, asalkan kita-nya jujur dan tidak mencoba menyelundupkan sesuatu :p Pada dasarnya New Zealand ingin melindungi keragaman hayati mereka (Biodiversity). Oleh karena itu setiap orang yang masuk ke negara ini dilarang membawa benda atau makhluk hidup yang dikhawatirkan merusak keragaman hayati mereka. Dulu, ketika New Zealand terpisah dari mainland Australia, di negara ini tidak ada spesies mamalia, yang ada hanyalah kawanan burung. Ketika orang Maori dan kemudian orang Eropa datang, mereka membawa serta binatang mamalia yang tanpa disadari membuat banyak spesies burung mereka tidak bertahan hidup dan akhirnya punah. Salah satu contoh mamalia yang terbawa oleh bangsa Eropa adalah ferret (cecurut?). Ferret yang merupakan hama ini banyak saya lihat di sepanjang jalan, baik sedang melintas atau terlindas oleh mobil di depan saya. Kisah menarik tentang biodiversity New Zealand ini kami dapatkan dari instruktur menunggang kuda di Glenorchy, yang juga mahasiswa jurusan Lingkungan. Dalam aturan resmi yang bisa dilihat di website BioSecurity mereka, barang-barang yang harus di-declare (ditunjukkan) ketika memasuki New Zealand antara lain: buah segar maupun kering, sayuran, segala produk dairy (susu), madu, segala macam daging, telur, tanaman (termasuk biji/bibit), obat tradisional/herbal, barang-barang kerajinan dari kayu, dan peralatan outdoor yang terkontaminasi tanah. Brosur tentang aturan ini bisa diunduh di sini (1700 KB). Saran saya, hindari membawa barang-barang yang tercantum di brosur ini, karena nasibnya hanya akan berakhir di tempat sampah. Ketika masih di dalam pesawat menuju New Zealand, kita akan diberi Kartu Kedatangan (Passenger Arrival Card) yang harus kita isi dan kita tunjukkan ketika melewati pemeriksaan Custom (Cukai). Big A sempat memotret formulir kami yang disediakan oleh kru Jetstar ini. Semoga nggak ada yang terganggu dengan background cover Jennifer Hawkins :p
Jawab dengan jujur ya... Petugas Imigrasi dan Custom yang Ramah Kedatangan kami di bandara Queenstown langsung disambut dengan keramahan khas Kiwis (julukan untuk penduduk New Zealand). Ada petugas yang menyilakan kami menuju antrian khusus untuk pendatang dengan anak-anak. Tentu saja antrian keluarga dengan anak-anak ini tidak seramai antrian biasa, kami hanya menunggu satu keluarga saja sebelum diperiksa oleh petugas imigrasi. Kebijakan New Zealand yang ramah terhadap anak-anak ini patut diacungi jempol dan mestinya segera diterapkan juga di negara-negara lain. Saya bahkan menyaksikan petugas meminta maaf kepada satu Ibu yang membawa anak balita yang 'tersesat' di antrian biasa, dan segera menyilakannya ke antrian khusus. Saya bisa merasakan pandangan mata iri para pengunjung yang child-less kepada kami yang membawa Precils. Biasanya saya merasa mereka memandang kasihan pada kami, mungkin berkata, "Repot banget ya bawa anak-anak kecil." :D Petugas imigrasi menyapa kami dengan ramah, menanyakan kabar, menanyakan rencana perjalanan, sambil mencocokkan foto kami di paspor dengan aslinya. Tentu saja foto Little A di paspor sudah jauh berbeda dengan wajah dia sekarang. Dulu Little A kami foto ketika berusia satu minggu, sekarang usianya sudah tiga tahun lebih :) Lepas dari petugas imigrasi, kami menunggu tas kami dikeluarkan dari bagasi pesawat. Ketika itu, ada anjing pelacak yang berseliweran di sekitar kami dan mengendus-endus tas yang kami bawa. Tak lama kemudian ada petugas custom yang meng-handle anjing tersebut yang mendatangi kami. Dengan ramahnya dia memperkenalkan anjingnya yang bernama Ulrich, kemudian menanyakan apakah kami membawa buah segar dalam tas. Tadinya kami memang membawa buah segar dari Melbourne: pir dan pisang, tapi sudah kami buang di tempat sampah besar yang disediakan sebelum antrian imigrasi. Mungkin Ulrich masih mencium sisa bau buah dari tas kami. Petugas tersebut mengucapkan terima kasih atas penjelasan kami dan memberi 'kartunama' Ulrich untuk Little A dan Big A.
Begitu mendapatkan tas yang kami taruh di bagasi pesawat, kami langsung menuju pemeriksaan custom. Lagi-lagi keramahan petugas custom New Zealand ini mengejutkan saya. Beda banget dengan petugas custom Australia yang mahal senyum :) Petugas bertanya apakah kami membawa barang-barang seperti yang tertera di brosur. Waktu itu kami memang membawa beberapa makanan dari Melbourne: coklat, susu formula Little A, selai stroberi, dan beras. Kami juga menunjukkan minyak telon dan obat penurun panas yang kami bawa. Sementara buah segar sudah kami buang di tempat sampah tadi. Petugas bilang tidak ada yang benda terlarang, tapi kalau kami tidak yakin, boleh minta diperiksa lagi dengan membongkar koper kami. Petugas juga bilang, "Chocolate, formula milk, rice and jam are okay, but honey is a big No No." Kami yang merasa sudah yakin menunjukkan semua yang kami bawa dipersilahkan membawa tas-tas kami untuk melewati mesin X-Ray. Senyum kami langsung mengembang ketika berhasil melewati custom. Pelayanan yang ramah, cepat dan efisien membuat kami langsung jatuh cinta pada New Zealand :) What a great way to start a holiday. ~ The Emak Originally posted at http://www.thetravelingprecils.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya