Mohon tunggu...
Abu Fathan
Abu Fathan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Abu Fathan adalah nama pena saya. Fathan saya ambil dari nama depan anak pertama saya. Nama asli saya Badiatul Muchlisin Asti. Pernah menekuni dunia jurnalistik sebagai Jurnalis, Redpel, dan PimRed; menulis lebih dari 40 buku dan diterbitkan oleh beberapa penerbit di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Solo; menyunting puluhan buku; mengisi pelatihan dan event kepenulisan dan jurnalistik; owner Oase Qalbu Group, Ketua Umum Yayasan Mutiara Ilma Nafia, dan Ketua Umum JPIN Pusat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Peluang Menulis Buku Penunjang Pelajaran

3 Januari 2012   01:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 2869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

[caption id="attachment_160766" align="aligncenter" width="564" caption="Buku-buku penunjang pelajaran sekolah memiliki pangsa pasar yang jelas dan luas (Foto: tokobukuinspirasi.com)"][/caption]

Seorang guru setiap hari berkutat dengan ilmu pengetahuan yang ditularkan untuk para muridnya. Pengetahuan itu sebenarnya merupakan “bahan baku“ yang siap “dimasak“ menjadi aneka tulisan (buku) yang bermanfaat. Ada dua jenis buku yang bisa ditulis atau disusun oleh seorang guru:

  • Buku teks ajar/buku pelajaran
  • Buku penunjang pelajaran

Jenis buku yang pertama bukan kompetensi saya untuk membicarakannya, karena saya bukan seorang guru. Menulis buku teks ajar (buku pelajaran) harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah.

Dalam kesempatan ini, peluang kedua yang ingin saya bahas dan tawarkan kepada Anda semua, yaitu menulis buku penunjang pelajaran. Apa itu buku penunjang pelajaran?

Secara sederhana, buku penunjang pelajaran adalah buku yang dijadikan sebagai materi penunjang dan bahan pengayaan bagi murid atau peserta didik. Dengan definisi sederhana ini, maka buku penunjang pelajaran bisa diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:

  • Buku penunjang yang secara langsung menunjang pembelajaran sekolah (pendamping teks buku pelajaran).
  • Buku penunjang yang berfungsi sebagai bacaan pengayaan pengetahuan siswa.

Buku penunjang yang pertama, umumnya berupa ringkasan/intisari, bank soal, dan pembahasan. Buku penunjang pelajaran jenis ini berisikan ringkasan/intisari pelajaran sesuai tingkatan pendidikan, dengan dilengkapi atau tidak dengan kumpulan soal dan pembahasan. Misalnya:

  • Kumpulan Rumus Matematika
  • Intisari Fisika/Biologi untuk SMP
  • Kumpulan Peribahasa
  • Mengenal Pantun
  • Mahir Bahasa Inggris
  • Dll.

Sedang buku penunjang pelajaran yang kedua adalah naskah yang bersifat pengayaan atas materi buku-buku teks untuk memperkaya wawasan siswa, misalnya disertai contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan up to date. Misalnya:

  • Fakta Unik Dunia Binatang (Biologi)
  • Kumpulan Tokoh Fisika dan Biologi
  • Jarimatika: Teknik Berhitung Mudah dan Menyenangkan dengan Menggunakan Jari-jari Tangan.
  • Dll.

Bagaimana prospek dari penulisan buku-buku penunjang pelajaran sekolah? Jawabannya: sangat prospektif. Apa pasal? Karena buku-buku penunjang pelajaran memiliki pangsa pasar yang jelas dan sekaligus luas. Dua hal ini menjadikan penerbitan buku, baik teks ajar maupun buku penunjang pelajaran, menjadi terus berkembang dan menggiurkan sekaligus menjanjikan.

[caption id="attachment_160767" align="aligncenter" width="500" caption="Saya saat mengisi sebuah pelatihan penulisan buku penunjang pelajaran sekolah"][/caption]

Kalau mau dihitung, berapa jumlah siswa (SD, SMP, dan SMA) di seluruh Indonesia? Ada puluhan ribu, bahkan ratusan ribu. Hal ini tentu merupakan pangsa pasar yang sangat menggiurkan dan menjanjikan dalam perspektif sebuah penerbitan.

Di Indonesia, yang tingkat membaca masyarakatnya bukan tergolong tinggi, buku laku beberapa ribu saja sudah menyenangkan dan buru-buru dicap best seller. Maka dari itu, melihat segmentasi pasar yang jelas dan luas seperti itu, penerbitan buku-buku penunjang pelajaran akan tetap mendapatkan tempat dan akan selalu prospektif selama masih ada proses belajar-mengajar di sekolah.

Para guru, yang notabene merupakan pelaku yang terlibat langsung dalam proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, seharusnya dapat melihat hal ini dengan baik sebagai sebuah peluang dan tantangan. Bagaimana para guru? ***

*) Dikutip dari sebagian materi yang pernah saya sampaikan dalam beberapa kesempatan mengisi pelatihan menulis buku penunjang pelajaran yang diikuti para guru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun