Mohon tunggu...
Alvi Syahriana
Alvi Syahriana Mohon Tunggu... Kasie HRD -

Jangan pernah mengambil keputusan disaat marah dan jangan pernah mengumbar janji disaat bahagia, sebab kita tak tahu perubahan suasana hati kita sedetik kedepan sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Analisis Eksistensial dalam Praktik Psikologi

30 September 2014   02:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:00 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KONTRIBUSI  ANALISIS  EKSISTENSIAL  TERHADAP  PRAKTIK  PSIKOLOGI

Sebelum menjawab pertanyaan mengenai “apa kontribusi analisis eksistensial terhadap praktik psikologi?” baiknya kita memahami terlebih dahulu mengenai analisis eksistensial itu sendiri .

Istilah analisis eksistensial pertama kali dikemukakan oleh seorang filsuf Jerman bernama Martin Heidegger (1889-1976). Ia menulis bahwa ,metode analisis eksistensial sebagaimana yang di praktikkan dalam bukunya itu sangat pas untuk mengungkap eksistensi manusia sebagaimana manusia itu sendiri bereksistensi. Namun dalam perkembangannya yang lebih kemudian analisis eksistensial berkembang menjadi kajian empiris, seperti dipraktikkan dalam berbagai penelitian serta berbagai penelitian dan praktik psikiatris dan psikologis yang dilakukan oeh Ludwig Binswanger, Victor Frankl, Rollo May, Minskowski, dan lain-lain (May,dkk, 1961; Valle & King, 1978). Melalui mereka, analisis eksistensial bukan lagi kajian filsafat, melainkan menjadi penyelidijan empiris dan metode terapeutis untuk menangani individu-individu yang bermasalah.

Analisis eksistensial itu sendiri adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengungkap eksistensi individu secara utuh dan menyeluruh. Pengertian lain oleh Dr.Zainal Abidin, M.Si; analisis eksistensial; 2007. Analisis eksistensial merupakan sebuah pendekatan yang menganalisis dan mengu gkap eksistensialisme(apakah itu dalam seni, kesusastraan, filsafat, atau psikologi) dengan cara menghapus dilema lama antara materialisme dan idealisme.

Awal kemunculan analisis eksistensial bisa dikatakan sebagai reaksi ketidakpuasan beberapa psikiater dan psikolog terhadap beberapa teori dan praktik psikoanalisis di Eropa Barat dan behaviorism di Amerika Serikat. Mereka tidak puas dengan landasan filsafat vitalisme dan materialisme. Vitalisme menempatkan manusia sebagai bagian dari organisme yang bergerak (berprilaku) karena adanya dorongan biologis (naluri atau id). Materialisme menempatkan manusia dari materi/nature yang berperilaku karena ada stimulus dari luar.

Analisis eksistensial berasumsi bahwa manusia, yang menjadi subjek kajian analisis eksistensial, merupakan makhluk yang tidak bisa disubordinasikan atau direduksikan pada angka-angka (statistik) dan pengukuran fisik-mekanistik (biologi) saja, karena dalam dirinya terkandung makna atau nilai personal yang tidak bisa dikuantifikasi dan tidak bisa dijelaskan secara biologi saja. Analisis eksistensial mengacu pada dua disiplin yang berbeda, tetapi satu sama lain saling berhubungan, yakni pada (1) penerapan metode fenomenologi untuk menjelaskan eksistensi manusia dan (2) aplikasi fenomenologis dan temuan-temuan eksistensialisme dalam terapi-terapi psikologis dan psikiatris. Temuan-temuan eksistensialisme mengenai eksistensi dan pengalaman manusia menjadi acuan yang sangat berharga terutama untuk terapi psikologis dan psikiatri, di samping untuk penelitian-penelitian eksistensial, banyak temuan para eksistensialis yang dijadikan sebagai landasan untuk terapi dan penelitian eksistensial.

Yang menjadi tujuan penelitian analisis eksistensial pada dasarnya adalah rekonstruksi eksistensi dan pengalaman manusia; oleh sebab itu, peneliti analisis eksistensial harus mengungkap aspek-aspek pengalaman yang sangat esensial pada diri subjek (pasien).

Berdasarkan uraian singkat mengenai analisis eksistensial diatas, dapat kita ketahui bahwa keberadaan analisis eksistensial itu sendiri sangat penting dan atau memberikan kontribusi yang cukup besar dalam membantu para psikiater dan psikolog khususnya dalam memahami gelaja pada pasien yang mana gejala itu sendiri tentunya dapat diketahui dengan melihat hal-hal terkait dengan pengalaman real dari pasien itu sendiri.

Sumbangan terpenting terapi eksistensial pada psikologi terutama terletak pada pemahamannya tentang manusia sebagai ada. Dimana manusia dan permasalahannya dapat dianalisis melalui konsep ada dan ketiadaan yang mana merupakan konsep yang menjelaskan keberadaan manusia itu sendiri dalam dunia serta kesadaran akan kematian, namun hal ini diawali dengan adanya perjumpaan antar manusia itu dengan dunianya. Sorotan kedua adalah pengalaman mengenai kecemasan dan rasa bersalah dimana kecemasan bukanlah sesuau yang kita punyai melainkan sesuatu yang membuat kita ada (Kurt Goldstain).

Kontribusi analisis eksistensial dalam psikoterapi juga menganalisis mengenai hubungan manusia dengan manusia lain(Mitwelt), penyesuaian diri(Umwelt), kesadran-diri, perhubungan diri, secara khas hadir dalam diri manusia (Eigenwelt). Manusia hidup dalam Mitwelt, Umwelt, dan Eigenwelt secara simultan. Yang mana ketiganya merupakan cara manusia hidup dalam dunia.

Para eksistensial tidak menolak keberadaan masalalu, melainkan melihatnya dalam perspektif masa depan . dimana Umwelt meupakan bagian dari masalalu. Terapis eksistensial yang digunakan dalam praktik psikologi dapat membantu pasien dalam menampung akibat nyata dari pengalaman tersebut dengan menolongnya mengembangkan kapasitas untuk keheningan dan menghindarkan obrolan tidak berguna untuk menghilangkan kekuatan yang mengejutkan dari pertemuan dengan insight.

Inti dari kontribusi analisis eksistensial dalam praktik psikologi itu sendiri dapat disimpulkan bahwa, Analisis eksistensial diperlukan oleh psikiater maupun psikolog untuk menganalisis pasien-pasien secara jernih yang mana gejala manusia dan pengalaman-pengalamannya tidak bisa digeneralisasikan begitu saja oleh karena itu perlu adanya pengungkapan yang lebih spesifik, dan analisis eksistensiallah yang dianggap mampu melakukan tugas itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun