Mohon tunggu...
Alfy Trisnawati
Alfy Trisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup berawal dari mimpi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pentingnya Pendidikan Karakter di Era Digital untuk Masa Depan

7 Mei 2024   21:10 Diperbarui: 7 Mei 2024   21:19 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pentingnya pendidikan karakter diera digital itu sangat penting. Dengan banyaknya ujian dan godaan dengan kecanggihan teknologi, pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk karakter seseorang sehingga memiliki dampak positif terhadap perkembangan emosinal, spiritulitas dan kepribadian seseorang. Bagi sebuah bangsa pendidikan karakter merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari membangun jati diri bangsa. Jika karakter generasi bangsa yang buruk, bagaimana nasib bangsa kita kedepannya? sayangnya, masih banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini. Sedangkan untuk beberapa orang yang menyadari akan pentingnya hal ini, tentu saja mereka sudah melakukan tindakan-tindakan kecil.

Tidak dapat dipungkiri bahwa era digital saat ini sangat pesat, namun tidak diimbangi dengan karakter yang baik. Oleh karena itu pentingnya pendidikan karakter di era serba digital seperti sekarang. Dunia digital sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Mulai dinikmati dari orang dewasa hingga anak-anak. Kehadiran dunia digital yang serba memudahkan dan cepat, tentu saja akan menjadi gaya hidup yang tidak terpisahkan. Memang dari satu sisi memberikan akses mudah, memperoleh informasi secara update dll. Lalu bagaimana dengan sisi negative dari penggunaan digital?

Nah, pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan seberapa penting sih menekankan pentingnya pendidikan karakter bagi kaum millenial? Agar tidak memakan waktu banyak, langsung saja kita simak sebagai berikut.

1. Pendidikan Karakter Akan Menjadi Benteng

Benarkah digital selalalu memberikan dampak positif? Jawabannya tentu saja tidak. Tetap ada sisi negative bagi mereka yang tidak bisa menggunakan digital secara bijak dan cerdas. Alih-alih mecerdaskan, justru menjatuhkan moral dan mendegradasi karakter. Apalagi jika orang tersebut adalah anak-anak dan remaja yang secara kemampuan kognitifnya belum sepenuhnya terbentuk.

Masih sangat riskan mengalami kesalahan dalam menangkap informasi. Setidaknya itulah yang saya lihat ketika saya melihat disekeliling dan melihat dari kajian psikologi. Pentingnya pendidikan karakter mulai ditekankan di sini. Dampak digital yang begitu pesat dapat kita rasakan. Dalam satu menit saja, kita bisa melihat puluhan bahkan ratusan lebih informasi masuk. Informasi yang masuk dalam otak jika tidak dikelola dan tidak memiliki pengaturan emosi yang baik, dampaknya bisa menimbulkan perasaan negative.

Bentuk perasaan negative ini bermacam-macam. Ada perasaan iri, dengki dan “ingin menjadi” seperti ini dan itu. dengan kata lain, jati diri dan karakter kita pun terombang-ambingkan. Ibarat kata, otak kita itu seperti kartu memory yang memiliki kapasitas tertentu. Jika RAM yang kita miliki cepat, tidak masalah menangkap informasi sebanyak itu. Bagaimana jika kemampuan memory kita terbatas? Yang terjadi kita overdosis informasi.

Pendidikan karakter akan menjadi benteng terhadap masuknya budaya-budaya negatif yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Anak-anak harus dilatih sejak dini, agar memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah terbawa oleh arus negatif di era digital.

2. Mengurangi Terjadinya Overdosis Informasi Digital

Dampak overdosis informasi tentu saja akan mempengaruhi kemampuan diri untuk mencerna. Seperti kata Baron dan Byne bahwa manusia cenderung menangkap informasi negative daripada informasi positif. Dalam kondisi kognitif kita terbatas, atau ketika kapasitas memory kartu di otak kita terbatas, maka kita cenderung menangkap informasi negative daripada informasi negative. Itu sebabnya digital itu berbahaya bagi kaum millennial.

Kita tahu bahwa di era digital, informasi apapun bisa masuk. Tidak ada filter kecuali diri kita sendiri, untuk itulah pendidikan karakter diperlukan untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya overdosi informasi digital yang berbau negatif. Apa itu contohnya? Banyak, isu tentang radikalisme, paham-paham liberal, atau tayangan-tayangan yang kurang pantas untuk dipertontonkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun